tag:blogger.com,1999:blog-23005432808076664042024-02-19T10:46:52.626+07:00Towoks [ Indonesian Language ]Unknownnoreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-74187256612420978962008-10-19T12:36:00.002+07:002008-10-19T12:40:01.352+07:00Cintaku Berat Di Ongkos - [ Project Pop ]<object width="425" height="344"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/Ssb_QsK32zc&color1=0xb1b1b1&color2=0xcfcfcf&hl=en&fs=1"><param name="allowFullScreen" value="true"><embed src="http://www.youtube.com/v/Ssb_QsK32zc&color1=0xb1b1b1&color2=0xcfcfcf&hl=en&fs=1" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true" width="425" height="344"></embed></object><br /><br /><span style="font-weight:bold;"><br />Lirik Lagu - Cintaku Berat di Ongkos</span><br /><br />Kukatakan kepadamu dengan sejujur-jujurnya<br />Bahwa aku memang cinta tapi banyak halangannya<br />Duit cukup modal cinta ala sinetron India<br />Tinggal nyanyi dan menari langsung jadi kekasihnya<br /><br />—<br />reff:<br />How how how berat di ongkos<br />Cintaku berat di ongkos<br />How how how berat di ongkos<br />Cintaku berat di ongkos<br />—<br /><span class="fullpost"><br />Jangan langsung menuduhku jadi seorang pria matre<br />Tapi kantong tak berbohong tidak pernah menang lotere<br />‘Tuk bertemumu kulakukan dengan penuh perjuangan<br />Kau di Tokyo ku di Jerman di jalan Jendral Sudirman<br /><br />back to reff<br /><br />Kirim surat salah alamat<br />Merpati pos nyasar burungnya<br />Telepon mahal pulsanya<br />Internet ya gue gatek<br />Sepeda baru dicuri<br />Motorku dipake ojek<br />Pakai mobil ku’tak punya<br />Pesawat mahal tiketnya<br /><br />back to reff<br /><br />How how how heavy on the cost<br />Oh my love heavy on the cost<br />How how how heavy on the cost<br />Cintaku berat di ongkos<br /><br />source = <a href="http://gudanglagu.com/p/project-pop/project-pop-cintaku-berat-di-ongkos/">http://gudanglagu.com/p/project-pop/project-pop-cintaku-berat-di-ongkos/</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-59787589299827733722008-07-09T16:51:00.004+07:002008-07-11T13:24:54.227+07:00Love, Loving and Loved ( Part IV )<span style="font-weight:bold;">MAKMUN S. S </span><br /><br />Hari menjelang sore di sebuah kota yang penuh dan sesak dengan hiruk pikuk lalu lintas dan pedagang kaki lima. Ketika itu di suatu daerah perbatasan antara kota Tanah Abang dan Slipi, Makmun berjalan dengan sepeda motornya menyusuri jalan menuju rumahnya. Honda Tiger merah dengan kecepatan 80 kmh dengan batas kecepatan maksimal. 240 kmh melengkapi jalan padat dan panasnya terik matahari sore. <br /><br />Di sebuah kawasan padat penduduk daerah kota Tanah Abang Jakarta Barat, dengan batas rumah hampir seluruhnya tanpa celah atau jarak. Ia selalu melalui jalan yang sama, dengan helm full face, sepatu kats all star, jeans semi cutbrai dan baju kemeja lengan pendek kotak – kotak biru, baru pulang dari tempat kuliahnya.<br /><br />Sesampainya di rumah, Makmun membuka gerbang pintu rumahnya yang berwarna hijau tua, cat rumah berwarna cokelat muda dua tingkat dan halaman kecil dengan pemandangan bebatuan yang disusun serupa air terjun mini dan ikan beberapa ikan Koi sebagai pelengkap dasar. <br /><br />“ Assalammu alaikum…..Maa…..” Makmun memberi salam setelah memarkir motornya.<br /><br />“ Pada kemana nie orang – orang…..Bu…Mama mana ? “ ia bertanya kepada orang yang telah bekerja membantu pekerjaan rumah ibunya.<br /><br />“ Mama ke rumah Uak Haji sama Appah….Ade dan Rifa belum pulang “ si Ibu menjawab. Pembantunya itu dipanggil Ibu oleh keluarga Makmun.<br /><br />“ A’….tadi ada telpon dari shi-shi....katanya nanti mau telpon lagi!! A’A...kalo mau makan lauknya ada di lemari...” si Ibu menyampaikan pesan telpon.<br /><br />“ Iya bu....nanti aja makannya....tadi udah makan di kampus.” Si Makmun membalas Ibu.<br /><br />“ Kriinnnggggg......krrriiiiiiiiiiiiingggggg.....” Telpon rumah kembali berbunyi dan Makmun mengangkatnya.<br /><br />“ Hallo....Assalamu alaikum.....”suara si penelpon terdengar halus, lembut dan cantik.<br /><span class="fullpost"><br />“ Wa alaikummussalam.......iya ada apa Shi....” si Makmun menjawab dengan nada santai, kepada si penelpon yang ternyata adalah Shi – shi.<br /><br />“ Bin....nanti jam 9 malam kalo ke rumah tolong beliin shi – shi otak – otak yah? ” ternyata shi – shi meminta tolong kepada pacarnya. ( hehehe....:D....ternyata shi – shi itu pacarnya si Makmun ).<br /><br />“ Iya Insya Allah Shi....gue mau ke rumah Illian dulu…” balas Makmun.<br /><br />“ Oh ya udah......tapi jangan ngga yah Bin....aku lagi mau banget otak – otak nie. ”<br /><br />“ Ya udah deh....makasih yah Bin....aku tunggu kamu di rumah yah....Assalamu alaikum.” Shi – shi mengakhiri pembicaraan di telpon.<br /><br />“ Uhhh...dasar cewe ada – ada aja maunya.” Makmun Berbicara setengah menggerutu.<br /><br />Sekitar jam 19.00 wib atau tepatnya jam 7 malam, Makmun menyalakan Honda Tigernya.<br /><br />“ A’.......mau kamana ? pulangnya jangan malam – malam atuh “ Ibunya Makmun menanyakan kepadanya.<br /><br />“ Mau ke rumahnya Illian....mau maen “ jawab Makmun.<br /><br />“ Punya Uang A’.....jangan malam – malam A’ pulangnya “ tukas Appah.<br /><br />“ Iya....boleh Pah.....” lanjut Makmun kepada Ayahnya.<br /><br />Makmun memanggil Ibunya dengan sebutan Mama dan Ayahnya dengan sebutan Appah, maklum si Makmun itu masih keturunan Suku Sunda Asli Ibu dari Cianjur dan Ayahnya dari Pandeglang.<br /><br />Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya Makmun lansung mengendarai Honda Tigernya menuju rumah sahabatnya Illian. Sesampainya disana, ia lansung memarkirkan motornya didekat gerbang pintu Illian. Karena sudah tidak kebahagian tempat yang penuh dengan motor teman – temannya. Tidak lama mereka berbincang, mereka lansung meluncur ke Parkir Timur Senayan atau biasa kami sebut dengan sebutan ParKit. <br />ParKit adalah salah satu tempat anak – anak muda gaul berkumpul, dan biasanya mereka disana mengobrol sampai pagi.<br /><br />Tak terasa waktu sudah hamper jam 2 malam, Makmun dan teman – temannya sudah berada di ParKit kurang lebih 4 jam-an. Setelah itu ia pulang dan lansung tertidur pulas.<br /><br />“ Krrriiiiiiinnnnnnggggg……Krriiiiiiinggggggggg…..” Telpon di kamar berbunyi keras seolah – olah seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya.<br /><br />“ Duh jam berapa sih ini…..udah ada telpon aja…” Makmun bergumam dalam hati.<br /><br />“ Assalamu alaikum….mau u bi bicara dengan siapa “ sedikit mengantuk Makmun mengangkat telpon yang berdering tadi.<br /><br />“ Bin…ini Shi – shi…..semalam kemana…..katanya mau dating bawain otak – otak….aku tunggu sampe jam 11 malam ga ada kabarnya “ ternyata shi – shi yang menelpon Makmun.<br /><br />“ Sory Shi….Gue ke Parkit ma anak – anak…..oiya Gue lupa……sorry yah…Gue… “ si Makmun menjawab sekenanya.<br /><br />“ Loh koq gampang amat sih bin….SORRY…..paling ga kasih kabar kek….ini udah ga ada kabarnya…sekarang jawabnya enteng banget…” dengan nada kesal sekali Shi – Shi memutus pernyataan Makmun.<br /><br />“ Ya udah kalo gitu kita Putus aja deh Bin….aku dah ga tahan…kamu cuek banget….” <br /><br />“ Oh ya udah “ si Makmun menjawab antara sadar dan tidak.<br /><br />Shi – Shi menutup telpon dan pembicaraannya dengan sengan Makmun, dengan perasaan kecewa ia masih berharap bahwa Makmun akan menelponnya kembali dan menyesali perbuatannya.<br /><br />“ Koq Ga telpon lagi yah…..ehm….udah 2 jam nie….duh gw nyesel nie dah bilang putus ke Bin – Bin. “ Shi – Shi berujar dalam hati.<br /><br />Ke-esokkan harinya Makmun berangakat kembali ke kampus untuk kuliah, ternyata hari itu ia mendapatkan pengalaman menarik seputar teman – teman barunya di kampus.<br /><br />Towoks, Jimmy, Martin, Dhanny, Fatima, Awin, Berto, Glen, Gusur dan Boim. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">---- Bersambung ----</span></span><br /><br /><br />Created by : <span style="font-weight:bold;">Towoks</span><br /><br /><a href="http://technorati.com/claim/hma4s6resy" rel="me">Technorati Profile</a><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-5414114717528498692008-07-03T11:18:00.001+07:002008-07-11T13:30:56.000+07:00LIFE MUST GO ON<span style="font-weight:bold;">LIFE MUST GO ON</span><br /><br />Life was so wonderful,<br />So creative for Us,<br />For every humans being on the World,<br /><br />Must and mustn’t just do it,<br />Don’t ever make our heart broke,<br />So don’t ever felt sad,<br />If we knowing about time,<br />Time with or without fairly, <br />So we just accept that for our brain,<br /><br />Don’t think but just feel it,<br />Don’t hear but just look it,<br />Don’t deny if not true,<br />But say sorry if that true,<br /><br />Not the end of the world if that mistakes,<br />Don’t kill it if not true,<br />Run is not the other way to go out,<br />But stay and defense you body that’s a good way for burn out,<br /><br />Our life must go on evenly that our heart said not, false or mad.<br /><br />But that’s the destiny….we must be a good player….coz we’re just played by….<br /><br /><br />MuRdEr of LoVe<br /><br /><a href="http://technorati.com/claim/hma4s6resy" rel="me">Technorati Profile</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-42296464608499057382008-06-25T12:06:00.001+07:002008-06-25T12:08:32.013+07:00Badai yang tak BerlaluKenapa ku salahkan Badai, bila kapal karam<br />Mengapa ku berlayar, bila sudah tau akan bencana<br />Apa aku salah menyalahkan sebab,<br />Apa aku mengerti akan datang masa,<br /><br />Sebab yang akibatnya terlalu puruk.<br />Masa dimana penghabisan akan datang,<br /><br />Akankah kita mengerti bahwa penghabisan itu adalah suatu dari awal,<br />Awal yang memulai tanpa harus dimengerti,<br />Awal yang membuat kita mengerti pula ujian,<br /><br />Aku terlena mengindahkan peringatan,<br />Peringatan yang datang tanpa harus di siarkan,<br />Peringatan yang pergi tanpa harus di larang,<br /><br />Pencarianku telah usai,<br />Pencarianku sudah pada ujungnya,<br />Pencarianku meminta dan memanggil,<br /><br />Sayang, apakah engkau senang aku datang ke sisimu kini,<br />Dan berseri menyambutku,<br /><br />Tetapi kenapa engkau berpaling,<br />Menghujat tanpa memberikan alasan,<br />Membuang wajahmu tenggelam dalam laut,<br /><br />Tetapi kenapa, kenapa,<br /><br />Apakah aku salah,<br />Salah menyambut bintangku yang telah lama pudar,<br />Membuat kebahagian bersama Bumi dan Bulan,<br /><span class="fullpost"><br />Aku mengerti sekarang,<br />Dan mendapat jawaban atas kepergianmu,<br />Mencoba bermain dengan takdir,<br />Engkau hanyalah sebuah tadir yang telah tergaris,<br />Tergaris lurus tanpa putus,<br /><br />Engkau marah, mengindahkan ku, menyeringai kan wajahmu,<br /><br />Tapi, aku tersenyum melihatmu bahagia disana,<br />Aku selalu berdoa untukmu,<br /><br />Kini aku telah terpuruk,<br />Jatuh kedalam sumur tua yang sangat dalam,<br />Sementara engkau mencoba menyelamatkanku dari atas,<br />Kejauhan semu tanpa batas,<br /><br />Tapi apa dayamu dengan takdir yang terhalang,<br />Menyingkap misteri alam yang tebentang,<br /><br />Kini aku tahu aku salah,<br />Terperosok ke limbah nista,<br />Berjalan lambat tanpa tujuan,<br />Menunggu kengerian yang menghadang,<br /><br />Andai aku bisa mengulang kembali,<br />Aku akan berdoa untukmu cinta,<br />Aku akan berdoa untukmu sayang,<br /><br />Kini aku tidak bisa,<br />Karena aku pun perlukan itu,<br />Aku berharap,<br />Menanti dan menunggu,<br /><br />Oh Tuhan maafkan atas kelalaian hambamu ini,<br />Oh Tuhan berikan pengampunan atas kenistaan ini,<br /><br />Maafkan kata penyesalanku Tuhan,<br />Maafkan atas perbuatanku Tuhan,<br /><br />Aku akan menunggu hisabmu didalam kelam,<br />Didalam lembah nun dalam dan hitam,<br />Lebih hitam dari gelapnya malam,<br />Lebih nista dari bangkai binatang yang ternista,<br /><br />Tempat terkucilnya orang – orang yang terkucilkan,<br />Menunggu tanpa kepastian,<br /><br />Tetapi kini aku akan sabar,<br />Walaupun engkau tidak menarikku lagi,<br />Aku akan tetap menunggu,<br /><br />Hanya karena sabar dan tabah,<br />Yang aku tidak miliki saat itu,<br />Untuk ini aku akan berbuat sabar dan tabah,<br />Walaupun aku tahu sudah terlambat.<br /><br /><br /><br />Love you All<br /><br />Murder of Love<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-29317404672368522832008-04-03T13:14:00.002+07:002008-04-03T13:39:45.594+07:00Story of Murder<span style="font-weight: bold;">Cerita Masa Lalu</span><br /><br /><br />Terduduk aku termangu...<br />memandang indah mentari...<br />bermandi sinar hingga menuju aliran darahku<br />yang menggumpal beku...<br />mengangkat fajar di ufuk timur...<br />membias semua kegalauan dihati...<br /><br />tanpa sadar aku meminang pagi...<br />melihat indah senyuman sang kekasih...<br />yang berseri memanggil alam...<br />tanpa ragu mencairkan keheningan...<br />keheningan malam yang tersembunyi...<br />merajut asa yang terpendam...<br /><br /><br />oh Tuhan...<br />mengapa engkau ciptakan keindahan...<br />keindahan yang mengerikan...<br />keindahan yang membutakan...<br />keindahan abadi yang terabaikan...<br />memberikan jalan kehidupan yang terbelenggu...<br /><br /><br />Keputus-asa-an yang ku dapat...<br />setelah melihat kehancuran...<br />bimbang mencari pegangan...<br />pegangan nan kokoh dan kuat...<br />terpercaya dan dinamis...<br /><br /><br />maafkan aku Tuhan...<br />telah membiarkan raga ini berperan...<br />menguasai Ruh suci nan abadi...<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">MuRdeR oF LoVe</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-55772158723374813252008-03-10T12:30:00.003+07:002008-03-24T15:12:11.686+07:00Love, Loving and Loved ( Part III )Seminggu pertama,<br /><br />Seminggu sudah aku menjadi mahasiswa Universitas Bina Nusantara, mempunyai 3 orang teman yang gokil dan asik semuanya untuk di ajak share, ngobrol, dan becanda.<br />Dhanny, Glenn dan Awin, mereka lah ketiga temanku yang baru saja aku kenal. seminggu berlalu pula, aku mulai mengenal beberapa orang yang lainnya.<br />Martin, Jimmy dan Berto, serta Gusur dan Boim aku sebut saja begitu walaupun itu hanya panggilan buat mereka.<br /><br />Martin kost di belakang kampus Anggrek dengan Berto, dan Jimmy sering kesana. Aku di ajak oleh Jimmy pertama kali mengunjungi ke Kostan Martin.<br /><br />"..woiy woks, lagi ngapain bro...ke kostan si Martin yuk!!!", ajak Jimmy.<br /><br />"..ehm mang dimana Jim, ganggu ga!!"<br /><br />"..ya elah...udah ayo...ga koq...si Martin anaknya asik..."<br /><br />Lalu aku ikut dengan ajakan si Jimmy, kami berdua menuju kostannya si Martin. Sesampainya disana aku melihat Boim dan Gusur sedang bermain Kartu Remi, memang hanya iseng - iseng aja seh, tidak ada taruhannya.<br /><br />Aku melihat Martin sedang mengobrol dengan seorang laki - laki yang tingginya kira - kira 3/4 dari tinggi ku dan berbadan gempal, kulit kuning langsat. Dengan muka persahabatan yang kental ala budaya Sunda mereka menyapaku dan Jimmy.<br /><br />"...Woiy Jim...darimana aja loe, eh woks...apa kabar loe...", Martin menyapaku hangat.<br /><br />"...Yoi Jim, gilee loe....kemana aja beberapa hari ini ga nongol...", terkekeh sembari menyapa si Jimmy pria yang tadi sedang mengobrol dengan Martin.<br /><br />Lalu kami bersalaman satu sama lain.<br /><br />"...oiya Woks, kenalain nie temen kostan gw....namanya Berto...", Martin mengenalkan aku pada pria itu.<br /><br />"...oh...gw Towoks...", bergaya khas cuek, aku coba menyapanya ramah.<br /><br />"...Berto...", menyambut salam kenalku si Berto.<br /><br />"...ada siapa diatas Tin...", Jimmy memutuskan keheningan sejenak.<br /><br />"...Boim ma Gusur, lagi main Kartu...dari pagi tuh bocah...ga kuliah...hehehe.."<br /><br />"...wah gilee juga seh tu orang berdua...", Jimmy menimpali kekehan Martin.<br /><br />"Sama aja kaya loe Jim....gimana mau maju....kuliah baru dah bolos...hehehehe", Berto berbicara penuh canda.<br /><br />"...oiya To, loe ambil jurusan apaan..", Aku coba mengalihkan pembicaraan.<br /><br />"...Manajemen Wo, loe pada satu jurusan nie..", Berto balas bertanya.<br /><br />"Iya...kita pada satu jurusan dan satu kelas pula...", jawabku.<br /><br />Kostan Martin terletak sekitar 100 meter di belakang Kampus Anggrek, di sebelah rumah pak RT dan berbentuk tingkat.<br /><br />Ada 2 lantai dan hanya dua kamar, satu kamar setiap lantainya. 1 kamar berukuran sekitar 4 x 5 meter per segi, dan ditambah 1 x 2 ruangan kamar mandi yang berada didalam kamar. Di sebelah kanan kostan mereka ada sebuah pemakaman kecil keluarga penduduk sekitar, yang hanya berbatasan dengan jalan yang ukurannya kurang lebih 3 meter.<br /><br />Aku telah mendapatkan teman baru kembali yang lumayang akrab. Jimmy, Martin, Gusur dan Boim yang satu jurusan denganku serta Berto teman se-kostannya Martin.<br /><br />Aku berada di kostan Martin hari ini sampai waktu telah menunjukkan pukul 15.30 wib, aku berpamitan pulang kepada Martin, Jimmy dan Boim, karena memang Gusur sudah pulang dan Berto sedang pergi makan.<br /><br />" Tin, Jim, Im.....gw balik bro...dah sore nie...thanks yups Tin..."<br /><br />"...ok Woks....hati-hati yah man...", Jimmy membalasnya dengan gaya ala group band beraliran R&B LimpBizkits.<br /><br />"...ok Jim...thanks yah...", balasku.<br /><br />Setibanya di rumah, aku kembali teringat dengan teman - temanku yang baru di Kampus dan mencoba mengingat - ingat kembali wajah serta nama - nama mereka. Karenanya, aku mempunyai penyakit yang susah hilangnya, awal penyakit itu memang dari kebiasaan buruk ku yang menganggap remeh sesuatu. Penyakitku itu sudah dari aku SMP yaitu pelupa.<br /><br />"...ehm...Jimmy, Martin, Berto, Boim....waduh satu lagi siapa yah...", aku bergumam dalam hati.<br /><br />"...ihhh...koq lupa yah....besok deh gw tanya ke Jimmy...", terkekeh aku dalam hati.<br /><br />"...Ngga...gimana kuliah kamu hari ini?", si Mama bertanya sembari memasak.<br /><br />"...ehm...yah gitu deh Ma...masa udah 1 minggu kuliah baru dapet temen 7 orang...", aku menjawab pertanyaan Mama.<br /><br />"...yah sabar aja ngga...nanti juga banyak lagi...", Mama memberikanku semangat.<br /><br />"...iya seh....tapi apaan nie Ma....koq di kasih ke Angga...", aku setengah kaget ketika Mama menjulurkan sebuah baskom berisi penuh.<br /><br />"...nie...udah terima aja...tolong parutin kelapanya...", Mamaku tertawa sembari menyodorkan baskom berisi kelapa utuh beserta parutan kelapa.<br /><br />"...Ehm...dasar si Mama bisa aja...so tanya-tanya...eh ada maunya...hehehehe", aku dan Mama tertawa.<br /><span class="fullpost"><br /><br />Keesokkan harinya di Kampus aku sedang memperhatikan Dosen dengan seksama, dan si Dhany tiba-tiba menegurku.<br /><br />"...eh Woks..kemana loe kemaren...gw cariin ga ada...", tanya si Dhany.<br /><br />"...gw ke rumah Martin, Dhan...mang ada apa...", balasku cepat sambil berbisik.<br /><br />"...ga Woks....gw mau balik barng loe lagi...eh loe malah ga ada..."<br /><br />"...yeee loe bukan telpon gw aja..."<br /><br />Dua jam mata Kuliah Jarkom ( Jaringan Komunikasi ) telah usai, aku, Dhani dan Glenn makan siang bersama di sebuah kantin kecil yang berada di samping gedung Kampus Anggrek. Kantin tersebut seperti lorong dengan banyak tempat duduk yang padat sekali dengan Mahasiswa yang sedang makan, di sebelah kanannya ada penjual sate ayam dan di sebelah kirinya ada penjual majalah. Dari depan Penjual Sate ke belakang berurutan penjual soto tangkar, nasi uduk dan gado-gado.<br /><br />Aku memilih tempat duduk di barisan belakang dekat soto Tangkar, karena memang agak luas dan tidak terlalu panas.<br /><br />"...Dhan kita ke kostan Martin yu' abis ini...soalnya kan mata kuliah PDT masih 2 jam lagi...", aku mengajak Dhani dan Glenn untuk berkunjung ke Kost-an Martin.<br /><br />"...ga enak gw Woks...ga kenal...", Balas Dhany.<br /><br />"...ta elah...ya ga kenal lah kalo ga kenalan...ok.."<br /><br />"...ok deh Woks...", tanda setuju dari Dhany.<br /><br />"...oiya Glenn...gimana...ikut ga loe...", tanyaku kepada Glenn.<br /><br />"...ehm...mau seh Woks...tapi gw ketemuan sama Awin dulu...nanti gw nyusul kesana...", balas Glenn.<br /><br /><br />Setelah makan aku lansung pergi ke kostan si Martin dengan Dhany. setibanya disana aku memperkenalkan Dhany kepada Martin dan Jimmy yang sedang mengobrol.<br /><br />"...gile Tin...rumah loe di bogor...jauh banget kuliah loe....mang di Bogor ga ada lagi kuliahan...", ledekku kepada Martin.<br /><br />"...hahaha...si Bodat Woks...ke Kampus aja perjuangan...hahahaha", sambung si Jimmy.<br /><br />Lalu kami bertiga tertawa lepas, dan si Martinpun juga.<br /><br />Tak lama kami bersenda gurau, Glenn dan Awinpun tiba.<br /><br />"...darimana Bro....koq ga masuk loe kuliah pertama...", tanya ku kepada Awin.<br /><br />"...biasa Woks...gw telat bangun...kuliah pagi banget kaya satpam buka gerbang aja...hehehe...", jawab Awin.<br /><br />Hari ini pun berlalu seiring perkenalan teman - temanku sekelas.<br /><br />Ke-esokkan harinya aku kembali bertemu dengan mereka berlima, dan kami terlihat sudah akrab.<br /><br />Dhany duduk di depanku dengan beberapa teman wanitanya, sedangkan aku duduk di apit oleh Jimmy dan Martin, Glenn dan Awin berada di sebelah Jimmy.<br /><br />Pada saat absen mulai di bacakan untuk absen panggil, aku mengacungkan jari telunjukku.<br /><br />seketika itu pula teman - temanku tertawa, dan si Martin memberikan komentar kepadaku, "...hahahahaha...kaya SD aja loe Woks....huahuahuahua...", "....iya loe Woks ada - ada aja...", sambung Dhany.<br /><br />Aku hanya tertawa manis dan tersipu. Pada saat absen masuk ke abjad "M", aku lansung tertawa dan berbisik kepada Martin, "...Dat..ada yang namanya MakMun...huahauhuahuaha....".<br /><br />Dan seketika itu pula Martin lansung meledak tertawa,"....hahahaha...gile loe Woks....Makmun...hahahahahaha...orangnya yang mana Woks...".<br /><br />"...tuh Dat yang kurus...hihihi...tampangnya CuPu banget Dat...hahaha...", balasku sembari menunjukkan tanganku ke arah MakMun yang tidak sadar telah diperhatikan oleh kami.<br /><br />"...nyela aja loe Woks bisanya...hehehehe....", sambung Dhany.<br /><br />"...parah si loe mah Woks...hahahahahaha", sambung si jimmy juga.<br /><br />"...weits...kuncrung...jangan di tunjuk...gile loe...", Awin menepak telunjukku.<br /><br />Lalu kami ber-enam tertawa lepas karena ulahku.<br /><br />Setelah jam kuliah kami berakhir, kami lansung meluncur ke kostan Martin yang sudah dijadikan BaseCamp oleh kami.<br /><br />Kami mengobrol sampai hari telah senja, lalu aku teringat oleh Makmun, dan kami mulai membahasnya kembali sembari tertawa.<br /><br />[ bersambung ] <br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-46536693986279731522008-03-03T19:14:00.007+07:002008-03-04T12:39:10.756+07:00Love, Loving and Loved ( Part II )...Satu minggu setelah masa OSPEK...<br /><br /> Satu minggu sudah berlalu, itu artinya masa Orientasi pun berakhir. Aku pun masih teringat kenangan dengan wajah gadis manis yang hanya aku jumpai dua hari pertama menjelang Orientasi.<br />Dalam hati aku bertanya,<br /><br /> "...kemana yah gadis itu?kenapa hanya dua hari saja aku melihatnya!ingin rasanya aku bertemu kembali dan menyapa lalu berkenalan dengannya.."<br /><br /> Hari ini adalah hari minggu, aku sedang menyiapkan keperluan untuk menjelang hari baruku, hidupku yang baru dan akan di mulai pada esok hari, yaitu hari senin.<br />Aku tidak pernah menyangka dan berharap hari - hari SMU ku berlalu, terlalu banyak kenangan indah dan tidak disangka - sangka untuk diriku terutama.<br /><br /> Hari senin pun tiba, dan hari itu pulalah aku menyambut hidupku dengan penuh semangat, semangat baru yang akan ku raih untuk masa depanku.<br /><br /> Hatiku mengatakan "...ayo woks..<font style="font-style: italic;">today is your day, and don't miss it</font>..."<br /><br /> "...Nggaaaa.....bangunnnn....jam berapa kamu kuliah..." Ibuku mengetuk pintu kamarku dan membangunkanku.<br /><br /> "...Bentar lagi Ma...masih pagi nie....Angga kuliah jam 1/2 10...." lalu aku menyahut panggilan si Mama.<br /><br /> "...yah kamu sholat dulu lah....masa mentang-mentang kuliah siang...ga sholat subuh, ayo bangun bentar, bis sholat kamu tidur aja lagi..." Ibuku memang cerewet kalo masalah agama, tetapi itu pulalah yang membuatku merasa kangen setiap saat.<br /><span class="fullpost"><br /> Nama asliku adalah Angga tetapi aku selalu dipanggil dengan sebutan Towoks, karena pada saat aku masih SMU dulu, ada temanku yang bernama Budi melihat aku terduduk di bangku panjang disebuah warung Nasi Uduk ibu Mala. Dan ia berkata,<br /><br /> "...hahaha...muke loe kaya pelawak...tau didiek nini towoks ga loe...hahaha..." semenjak itu lah aku dipanggil dengan sebutan towoks. Tetapi aku tidak berkeberatan, karena aku juga memulai kehidupan tingkat ketiga dan puberitasku. <br /><br /> Lalu aku melihat jam dinding yang tergantung dikamarku, ternyata jam dinding tersebut tepat menunjukkan pukul 5.30 pagi. Aku mulai bangkit dan beranjak dari ranjangku, pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melakukan sholat subuh.<br /><br /> Setelah sholat aku berdoa, "...Ya Allah...jadikanlah Hambamu ini orang yang sabar dan ikhlas dalam menepuh hidup baru hari ini...Amin..."<br /><br /> Selesai sholat aku tidak bisa tertidur kembali, aku lansung mengambil sepatu olahragaku dan pergi untuk ber-<font style="font-style: italic;">jogging</font>.<br /><br /> Sesampainya di rumah kembali aku sudah tidak melihat Mama lagi, ternyata ia sudah berangkat ke kantor. Yah, Maklum si Mama tuh wanita karier yang mencoba membantu suaminya mencari nafkah dan menghidupi anak - anaknya.<br /><br /> Mamaku adalah pegawai swasta, Ia bekerja di sebuah klinik Dokter gigi yang ternama. sedangkan Papaku juga pegawai Swasta sebuah Perusahaan Konstruksi besi dan baja. Mereka berdua bekerja sejak mereka memulai kehidupan di Jakarta. Mamaku adalah keturunan Jawa Banten, sedangkan Papaku asli keturunan Cirebon.<br /><br /> Keluarga kami tinggal di daerah Jakarta Selatan, pada tahun 1978 mereka bertempat tinggal di daerah Blok A, lalu pindah dan menetap di daerah Bintaro sampai sekarang.<br />Selain Mama dan Papaku, aku juga mempunyai dua orang saudara. Dini adalah kakak perempuanku dan Rama adalah adik laki - lakiku, sedangkan aku anak tengah.<br /><br /> "....huh...kuliah kaya apa yah...ehm temen sekelas gw asik - asik ga yah orangnya...", berujar aku dalam hati.<br /><br /> Sepertinya baru kemarin aku masuk SMA, tak terasa sekarang sudah tiga tahun berlalu. Rasanya aku hanya ingin menjadi anak SMU dengan semua teman-temanku yang dulu.<br /><br /> "<font style="font-style: italic;">...easy man...your life was wonderfull...so being a good boy next...</font>", sisiku yang lain memberikan semangat. <br /><br /> Pukul 1/2 10 kurang 10 menit aku sudah berada di kampus, di sebuah ruangan padat berisikan kurang lebih 80 mahasiswa baru dan di depan ruangan tersebut tertulis angka 205, dan diatasnya ada kaca persegi panjang kebawah yang tembus ke dalam ruangan tersebut agar kita dapat melihatnya dari luar. Aku datang agak telat rupanya, teman - temanku yang lainnya sudah menempati kursi - kursi yang berada di barisan depan, terpaksa aku mencari kursi yang kosong dan tepatnya ada ditengah barisan paling belakang.<br /><br /> Di sebelah kiri ku duduk seorang pria gemuk keturunan Tionghoa dan sebelah kananku pria keturunan India. Di depanku duduk dua orang wanita yang aku rasa mungkin keturunan Tionghoa juga.<br /><br /> Pria keturunan India menyapaku ramah, "...Weits...Apa kabar man?gile...banyak banget yah muridnya..."sembari melirik dan memperhatikan sekitar dia mengajakku berbisik, "...banyak chinonye...hehehehe..."terkekeh dia memperhatikan sekitar ruangan.<br /><br /> "...hehehe...iya nie, kaya kuliah di Hongkong yah...", Balasku dan membalas tegur sapanya aku mendengarkannya berbicara. <br /><br /> "...tapi jangan gitu bro...biar begitu juga kan mereka kelahiran Indonesia...",<br /><br /> "oiya nama loe siapa?gw towoks", kami berjabat tangan mengenalkan diri.<br /><br /> "...gw Avinash...panggil aja Awin, oiya loe ikut OSPEK kemaren yah?"<br /><br /> "...iya...loe ga ya...koq rambut loe masih gondrong...hehehe..."<br /><br /> "...iya nie...gw mau ikut eh malah masuk rumah sakit...hehehehe..."<br /><br /> "...hehehe...sakit apa loe?...", belum sempat Awin membalas ternyata Dosen kami sudah masuk ruangan.<br /><br /> Mata kuliah pun di mulai, baru kali ini aku benar - benar memperhatikan Dosen yang sedang menerangkan pelajaran. Padahal waktu aku SMU dulu guru - guru ku tidak pernah ada yang aku hiraukan, maklum masa remaja, masa dimana kita semua tidak pernah ambil pusing masalah kehidupan, masa senang - senang.<br /><br /> Jam mata kuliah pertama telah selesai, aku pergi ke kantin di bawah. Kantin di kampusku ada di lantai 1 dari pinggir sampai ketengah kursi serta meja yang di susun dan mempunyai arsitektur seperti <span style="font-style:italic;">foodcourt</span> yang berada di mall - mall. Kampus Anggrek bangunan bertingkat 8 di tambah 1 basement untuk parkiran mobil.<br /><br /> Di jam Mata kuliah ketiga aku bertambah satu teman lagi, yaitu seorang wanita yang duduk di depanku. Ternyata dia bukan keturunan TiongHoa, tetapi asli keturunan Indonesia yaitu Jawa. <br /><br /> "...ups...sorry...tolong ambil-in penghapus gw dunk, deket kaki loe..." begitu awal aku berkenalan dengan Dhani, nama lengkap dari Wisnu Wardhani, nama yang kuat untuk seorang wanita.<br /><br /> "...oh...ok...ini penghapusnya...ga apa - apa...nama gw towoks..."<br /> <br /> "...makasih yah...nama gw Dhani..."<br /> <br /> "...oiya kenalin nie temen gw Awin...", mereka berdua pun lansung berjabat tangan.<br /> <br /> Jam mata kuliah pertama pun telah habis, aku lansung bergegas menuju ke Musholah terdekat untuk menunaikan sholat Ashar. Setibanya di Musholah aku bertemu dengan Dhani kembali, kali ini ia duduk di depan musholah dan berdekatan dengan seorang pria tinggi dan bergaya seperti "anak gaul". Anak gaul adalah sebutan kepada para remaja yang selalu mengikuti perkembangan <span style="font-style:italic;">fashion</span> dan gaya yang <span style="font-style:italic;">trendy</span>.<br /><br /> "...Hai Woks...mau kemana loe, ga pulang..." sapa dhani begitu melihatku.<br /><br /> "...belum nie...gw mau sholat dulu...loe ngapain di sini dhan...mau shoalt juga yah?.." balasku ramah.<br /><br /> "...oh ngga' koq...gw non Muslim Woks...hehehe..." balasnya.<br /><br /> "...oh...sorry yah Dhan...gw pikir loe Muslim..." tersenyum menahan malu aku membalas pernyataan Dhani.<br /><br /> "...hehehe...ga apa - apa kali...oiya kenalin nie temen gw...Glenn.." aku menjabat tangan Glenn dan saling mengenalkan diri.<br /><br /> "...oiya Dhan, Glenn....gw sholat dulu yah...", aku lansung pergi meninggalkan mereka dan menunaikan sholat Ashar.<br /><br /> Selesainya sholat Ashar, aku menuju kembali ke tempat dimana aku bertemu dengan Dhani dan Glenn untuk memakai sepatuku. Ternyata Glenn dan Dhani masih berada disitu.<br /><br /> "...udah selesai Woks sholatnya...Dhani kembali menyapaku..."<br /><br /> "...udah Dhan...oiya kalian ga pulang...lagi tunggu apaan..." <br /><br /> "...ga koq Woks, belum...gw lagi bingung nie...mau pulang ga tau jalan pulangnya...", balas Dhani.<br /><br /> "...iya nie Woks...si Dhani kan bawa Mobil...dia balik ke daerah Cibubur...tapi ga bingung jalan pulangnya.." Glenn menambahkan. <br /><br /> "...loh kenapa bingung loe Dhan...kan bisa lewat Tol slipi...", balasku.<br /> <br /> "...nah itu dia Woks...gw seh tau kalo lewat situ...tapi kan macet banget Woks...gw mau lewat Arteri nie biar ambil lansung Tol Pondok Indah aja..."<br /><br /> "...ehm...loe bisa ambil jalan dari sumah sakit Remedika terus belok kiri...nah dari situ lurus aja jangan belok - belok...kalo dah ketemu Pondok Indah udah tau kan loe jalannya.."<br /><br /> "...yah Woks...itu dia permasalahannya gw ga tau rumah sakit Remedika...anterin gw Woks...rumah loe dimana..."<br /><br /> "...ah...ya udah gini aja...gw bareng loe...sekalian nebeng sampe arteri nanti dari situ dah deket...gimana?...hehehehe...kan lumayan ongkos gw irit...hihihi" <br /><br /> "...oh ya udah Woks...ayo...kebetulan kalo gitu...Glenn gw balik yah...thanks yah Glenn...", Berlalu aku dan Dhani meninggalkan Glenn.<br /><br /> Selama perjalanan pulang aku dan Dhani mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal. Dari Sekolah SMU dimana sampai keterkaitan teman - teman kami berdua.<br /><br /> Sesampainya jalan Arteri Raya aku turun dan menunjukkan kembali jalan yang harus dia tempuh untuk mencapai jalan Tol Pondok indah.<br /><br />- Bersambung -<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-73155804790624701122008-02-21T18:47:00.005+07:002008-03-11T17:12:16.168+07:00Love, Loving and Loved ( Part I )Sabtu, Briefing<br /><br />Jam dinding menunjukkan tepat pukul setengah 2 siang di sbuah gedung yang ramai akan hilir mudiknya orang - orang. Aku terduduk di sebuah kursi kayu panjang yang menempel dengan tembok di depan sebuah kelas yang padat akan mahasiswa yang telah lulus ujian saringan masuk. Aku hanya termangu sembari melihat di sekitarku. Ada beberapa mahasiswa senior yang berlalu lalang dan menunjukkan bahwa mereka lah yang pantas di hormati, mahasiswa senior yang menunjukkan kekuasaan akan menangnya senioritas mereka. Berubah pandangan, aku melihat seorang pria yang sedang duduk di bawah anak tangga persis di bawahku dan menunjukkan kemurungan yang amat sangat dalam. Entah kemurungan apa yang sedang dia lamunkan itu, sampai-sampai aku bertanya dalam hatiku sendiri, <br /><br />"apakah aku ini akan seperti dia???" <br /><br />Aku tidak mau, aku mengubah pandanganku kembali.<br /><br />Sudah dua jam lamanya aku duduk menunggu di kursi itu, sepertinya dari kejauhan aku melihat seseorang yang berjalan menuju ke arahku, dan tampaknya sudah tidak asing lagi bagiku wajahnya itu. <br /><br />Ternyata seseorang yang aku perhatkan tadi tidak lain adalah sahabatku di SMA. Aku lalu menyapanya dan merangkul erat tangannya serta kami saling berpelukan. Salam perjumpaan ala masa kini yang menunjukkan bahwa persahabatan di antara kedua orang yang sangat erat.<br /><br />Aku bertanya kepadanya, Ndre....loe masuk sini juga yah....wah...!!! temanku bernama Andre bertubuh kurus tinggi, berkulit kuning langsat. <br /><br /><span class="fullpost"><br />"...weits...towoks....apa kabar man....gileeee....bisa juga loe lulus!!!!...hehehehe" sembari tertawa Andre dan aku duduk berbarengan.<br /><br />"wah...Ndre....loe tau ga.....kayanya bakalan belajar bener nie gw di sini!!!!".<br /><br />"yah...mang dah waktunya wok...loe an dah tua juga...", Andre membalas penyataanku segera dengan menghiburku.<br /><br />"....wah bos...kayanya dosennya dah masuk tuh yah....gw harus masuk juga nie...biar tau apa yang harus dibawa nanti OSPEK..."<br /><br />"...ok deh Ndre...sukses loe yeee....", Kami berjabat tangan kembali arti salam perpisahan.<br /><br />Aku pun segera masuk ke dalam kelas setelah melihat Andre menghilang di tengah kerumunan padatnya mahasiswa baru. <br /><br />Di dalam kelas aku menempati kursi yang ada di deretan paling belakang, seseorang menyapaku dengan hangat, lalu aku menyimpulkan bahwa sapaannya itu bukan sekedar basa-basi.<br /><br />"...hei...apa kabar?nama loe sapa!!gw david..."<br /><br />"oh...hai vid...gw towoks...dari SMA mana loe?gw dari SMU 3 Teladan!" <br /><br />"...hehehe...gw dari SMU 134...","oiya...inikan cuma breifing yah wok".<br /><br />"...iya...jadi santai aja...duduk and denger aja hari ini...hehehehe..."<br /><br />Dosen di depan kelas ku hari ini menerangkan dengan detail mengenai keperluan - keperluan yang harus kami siapkan menghadapi OSPEK senin mendatang.<br /><br />Senin, seminggu setelah Briefing<br /><br />"....Woiyyyy...darimana aja loe...jam berapa sekarang....emangnya loe pikir ini kampus nenek moyang loe...".<br /><br />Teriakan para senior tertanam dan menghujat junior - junior mereka yang datang terlambat. Aku yang sedang duduk di anak tangga tak jauh dari pintu gerbang menatap mereka seolah-olah ingin memberontak, lari ke arah para seniorku dan menghantam mereka, lalu memberitahukan kepada mereka bahwa kami ini para junior masih punya telinga yang normal, tapi aku hanya membiarkan mereka saja. Mungkin karena budaya Me-natar dan Di-tatar sudah menjamur di semua wilayah atau kampus mana pun di Indonesia. Lagi pula mereka hanya berteriak tidak memukul.<br /><br />"..weitsss...ngapain loe disini...bukannya dikelas...masuk loe...", salah seorang senior memegang pundakku dari belakang dan berbicara dengan nada bicara yang tenang.<br /><br />Aku memandangnya, dan tatapan kami bertemu untuk beberapa saat. Aku tidak menjawab pernyataan seniorku itu. Aku hanya tersenyum dan mengangguk pertanda setuju sembari mengacungkan jari jempolku kearahnya.<br /><br />Sesampainya aku di kelas, aku duduk di kursi yang sudah diberi tanda masing-masing dan tertanda NIM(Nomor Induk Mahasiswa)ku disana. Aku melihat sekitarku, dan ternyata mataku tidak menemukan david ada di kelas itu. Dalam hati aku bertanya "...kemana yah si David...koq ga ada..."<br /><br />Waktu sudah mulai berjalan dan materi Ospek pun sudah di berikan oleh mentor dan dosen kami dalam. <br /><br />Aku memandang ke depan dan memperhatikan seorang mentor yang menerangkan materi ketiga. Pada saat aku memandang lurus, tiba-tiba pandanganku jatuh kesebelah kanan mentorku.<br /><br />"...Heh...siapa yah...koq lucu bener mukanya...", Aku memperhatikan seorang gadis dan dalam hati aku bertanya, "...kaya Wendy's...hehehe...", "Wendy's" adalah sebuah icon atau logo dari sebuah perusahaan makanan fast food yang terkenal. Dengan rambut di kepang dua, memakai kawat gigi dan sedikit menunjukkan warna merah di pipinya.<br /><br />Memang aku melihatnya lucu, tetapi entah mengapa timbul rasa keingin tahuanku untuk mengenal namanya. Lalu aku menerka-nerka dari buku absen yang sedang di bacakan oleh mentorku itu. Dan ternyata aku tidak menemukannya, apa mungkin terlalu banyaknya mahasiswa di kelasku itu, sekitar 87 orang jumlah mahasiswa di kelasku.<br /><br />Jam di dinding kelas sudah menunjukkan tepat pukul 9 malam, maka sudah waktunya aku pulang. Aku berjalan menuju pintu gerbang kampusku, melihat angkutan umum yang menuju kearah rumahku. Yah karena jarak dari rumahku ke kampus lumayan jauh, ditempuh tiga kali naik angkutan umum.<br /><br />Di dalam angkutan umum aku teringat kembali dengan seorang gadis yang tadi siang itu, "....loh kenapa gw kepikiran ma dia terus yah!!kenapa jadi mau ketemu lagi yah!!", dalam hati aku bertanya sembari melihat keluar kaca jendela angkutan umum kedepan.<br /><br />Sesampainya di rumah aku mencoba menceritakan pengalaman pertamaku OSPEK kepada orang tua, maklum karena aku dekat sama ibu, jadinya ibuku lah yang tertarik mendengarkannya. <br /><br />Ke-esokkan hari aku bertemu gadis itu kembali. Sembari mendengarkan Absen yang sedang di bacakan kembali oleh mentorku, aku mencoba memperhatikan gadis itu secara detail.<br />Aktifitas pun berjalan seperti hari kemarin. Pada saat pulang di angkutan umum kepalaku kembali teringat oleh gadis itu.<br /><br />Hari itu aku pulang ke rumah sudah agak larut, jadi sesampainya dirumah aku hanya bersih-bersih badan, makan, lalu istirahat dan berharap esok cepat datang, Karena aku ingin segera bertemu kembali dengannya.<br /><br />( bersambung )<br /><br />- <a href="http://towoks.blogspot.com/2008/03/love-loving-and-loved-part-ii.html">Love, Loving and Loved Part II</a><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-16775980655785403052008-02-04T16:28:00.000+07:002008-02-04T16:29:53.488+07:00Story from a girls that Rape very Cruelly<embed src="http://layartancap.com/ltcplayerv1.swf?doc=JjmVXAL0ZIvSBTbdJImvUH3rGjXwJ8ii" type="application/x-shockwave-flash" wmode="transparent" width="420" height="300"></embed><br /><br />http://layartancap.com/video/Pemerkosaan-Larasati-eps-1-/7340/Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-45175845573182968762008-01-18T11:31:00.001+07:002008-01-18T11:40:32.768+07:00Cars Model<span style="font-weight:bold;">Vintage Cars</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7xObCRAs1gfGpOsaAjeQvx-wdxr8j3h6Ih8a8U2HUmUv7d-Ue3IAw13rWdbAQ_nMvUgDYvJ0ojD9myfXxe1buie76MzvG_P80bz4hCPSRjC-4ic8KoIAP0uRpszrfKMUhnvn7XIPOaXBN/s1600-h/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-04.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7xObCRAs1gfGpOsaAjeQvx-wdxr8j3h6Ih8a8U2HUmUv7d-Ue3IAw13rWdbAQ_nMvUgDYvJ0ojD9myfXxe1buie76MzvG_P80bz4hCPSRjC-4ic8KoIAP0uRpszrfKMUhnvn7XIPOaXBN/s200/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-04.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156670215453743922" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgedJNfADiej7TfgIGdL9g3qcutpkzaeLxwQAYxApPjqllhYGQa5GnsLWCYVxGgnbGfCkZfdcDwf9vu8TLAAEb-sWTfvbeclgsRYyPUN1xRkoUXGPLTIhfBS1-Flud_-D0uZbix19QP9q1l/s1600-h/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-09.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgedJNfADiej7TfgIGdL9g3qcutpkzaeLxwQAYxApPjqllhYGQa5GnsLWCYVxGgnbGfCkZfdcDwf9vu8TLAAEb-sWTfvbeclgsRYyPUN1xRkoUXGPLTIhfBS1-Flud_-D0uZbix19QP9q1l/s200/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-09.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156670219748711234" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyMyslrm1xrEJtiXKmxhkthyphenhyphen_EJC6u5JPlikyL_3r9wicQA60d-t5TOn1KujJ51nnqKKpqzvtvyF5ZZQC1_1UW8e5u2X0Lqj1Gjx0HjJPYzWpHjEhsbS37WO0hyphenhyphenzHlsiRHatiicly6VJ81/s1600-h/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-11.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyMyslrm1xrEJtiXKmxhkthyphenhyphen_EJC6u5JPlikyL_3r9wicQA60d-t5TOn1KujJ51nnqKKpqzvtvyF5ZZQC1_1UW8e5u2X0Lqj1Gjx0HjJPYzWpHjEhsbS37WO0hyphenhyphenzHlsiRHatiicly6VJ81/s200/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-11.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156670219748711250" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRyF24vL43LUpDTFf6u8ItMi3hDF-KPpQLvw0blQjHWn1B8m-6uxAmpNLFYqPRS299NjnHhDIOQXThHgXo4b7wGzlX25S3Z7qMxAyvEWbayoU17Wx2I1lEGcE1od2LTgTTmXfnNPkKMns9/s1600-h/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-14.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRyF24vL43LUpDTFf6u8ItMi3hDF-KPpQLvw0blQjHWn1B8m-6uxAmpNLFYqPRS299NjnHhDIOQXThHgXo4b7wGzlX25S3Z7qMxAyvEWbayoU17Wx2I1lEGcE1od2LTgTTmXfnNPkKMns9/s200/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-14.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156670219748711266" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS2Bq1y1ooIGcu7QWoHTmUmIWPqSAHGEwjRnukTdItdBnFtYjKzRS9fxcjlZchz5ehSRCy0tkFOJVU9MKHIKKd6Y10Wb6Q_pVB9LziN6gDb_ltomqODhSh-y68zJCvHihHF4aTGY7GxsN2/s1600-h/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-17.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS2Bq1y1ooIGcu7QWoHTmUmIWPqSAHGEwjRnukTdItdBnFtYjKzRS9fxcjlZchz5ehSRCy0tkFOJVU9MKHIKKd6Y10Wb6Q_pVB9LziN6gDb_ltomqODhSh-y68zJCvHihHF4aTGY7GxsN2/s200/vintage+cars-ritemail.blogspot.com-17.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156670224043678578" /></a><br /><br />Picture from : <a href="http://www.plnntt.co.id">www.plnntt.co.id</a><br /><br /><span class="fullpost"><br /><span style="font-weight:bold;">Cars at Fifthy</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtLbKb30dsKsu6F1G3FC8hCo2n-joSJ_EWN3x6e8nyptXixb9_RKoDgxuIlARq0tPzt6VAbn_n1Ybukd6pjHFUI_VUVJ_o0398Xo-UHLJSODvOWaj9Vpwv4TSZtE8BfVfas3d4bLlyATVm/s1600-h/2450-3870~Cars-American-Cars-of-Fifties-Posters.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtLbKb30dsKsu6F1G3FC8hCo2n-joSJ_EWN3x6e8nyptXixb9_RKoDgxuIlARq0tPzt6VAbn_n1Ybukd6pjHFUI_VUVJ_o0398Xo-UHLJSODvOWaj9Vpwv4TSZtE8BfVfas3d4bLlyATVm/s320/2450-3870~Cars-American-Cars-of-Fifties-Posters.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156670692195113858" /></a><br /><br />Picture from : www.allposters.com<a href="http://www.allposters.com"></a><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Amazing Cars</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnh4VzLQqNvDD8KL9aU-rWtuH6eDk_ltEfKjEJNb-8agOs-TTf2fMNRgqCOxp9sw9D97borcbVIcOmuAqy5hLkUhyphenhyphenmuh3zLBc5Nq8h42lCpzlTAdnR0fkB7zgmzjJzIRrTChcP16yf07bH/s1600-h/Cars_full.JPG"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnh4VzLQqNvDD8KL9aU-rWtuH6eDk_ltEfKjEJNb-8agOs-TTf2fMNRgqCOxp9sw9D97borcbVIcOmuAqy5hLkUhyphenhyphenmuh3zLBc5Nq8h42lCpzlTAdnR0fkB7zgmzjJzIRrTChcP16yf07bH/s320/Cars_full.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5156671233360993170" /></a><br /><br />Picture from : <a href="http://soft.sptechs.com">www.soft.sptechs.com</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-27567497840562831772008-01-18T11:20:00.000+07:002008-01-18T11:23:28.182+07:00Airline Accident RatesThese accident rates are not safety ratings. There are many factors that contribute to the safety rating of an airline including, but not limited to, accident history, maintenance and operational procedures, types of training programs, age of fleet and specific routes flown.<br /><br />In addition there are different ways to analyze past accident data including using number of hours flown, passenger miles completed or number of trips made. The accident rates below are based on only three basic parameters. Number of flights, the number of fatal accidents and the fatality rate of those accidents. The methodology is listed below the tables.<br /><br />Aviation accidents are extremely rare, with the probability of a passenger being killed on a single flight at approximately eight million-to-one. If a passenger boarded a flight at random, once a day, everyday, it would statistically be over 21,000 years before he or she would be killed.<br /><br />DISCLAIMER These accident rates should not be used to provide an assessment of an airline’s safety profile or future risk of an accident. These rates are derived from past accidents and not an estimate or prediction of future risk. There are many additional factors in judging the safety of an air carrier which are not included here. These rates are not meant to endorse or condemn any particular airline or group of airlines nor are they intended to persuade or dissuade use of any particular airline. The accident rates and method of calculation of the accident rates are solely the opinion of this web site and the creator is not responsible for how this information is used and will not be held legally responsible for any consequences arising from the use of this information. There are numerous commercial organizations that provide complete and extensive safety ratings of commercial air carriers. <br /><br />Data for 20 Years Jan 1987 - Dec 2007<br /><br /><span class="fullpost"><br /><span style="font-weight:bold;">NORTH AMERICA</span><br /><br />Regional<br />Rank <br />Airline Million<br />Flights Fatal<br />Events Adj. Fatal<br />Events Last<br />Fatal<br />Accident Accident<br />Rate Overall<br />Rank<br />1 - 90<br />1 Delta Airlines 16.78 2 0.13 1996 -5.28 1<br />2 Southwest Airlines 14.85 0 0 None -4.79 2<br />4 Northwest Airlines 11.01 2 1.03 1993 -2.52 3<br />3 Continental Airlines/Cont. Exp. 11.84 1 0.33 1991 -2.02 5<br />5 US Airways 13.46 4 2.52 1994 -1.82 6<br />6 American Airlines 17.02 5 4.04 2001 -1.45 8<br />7 America West Airlines 4.10 0 0 None -1.32 9<br />8 Air Canada 3.93 0 0 (1983) -1.27 10<br />9 United Airlines 13.85 6 3.42 2001 -1.04 13<br />10 Alaska Airlines/Horizon Air 5.28 1 1.00 2000 -0.70 18<br />11 Hawaiian Airlines 1.29 0 0 None -0.42 24<br />12 USAir Shuttle 0.82 0 0 None -0.26 33<br />13 WestJet 0.73 0 0 None -0.24 34<br />14 Midwest Express Airlines 0.73 0 0 None -0.23 35<br />15 JetBlue Airlines 0.71 0 0 None -0.23 36<br />16 United Express 8.95 3 2.67 1996 -0.22 37<br />17 ATA Airlines 0.57 0 0 None -0.18 43<br />18 American Eagle 11.12 4 3.72 1994 0.14 61<br />19 Comair 4.97 1 1.00 2006 0.40 66<br />20 AirTran Airways 1.58 1 1.00 1996 0.49 68<br />21 Aloha Airlines 1.22 1 1.00 1989 0.61 70<br /><br /><span style="font-weight:bold;">EUROPE</span><br /><br />Regional<br />Rank <br />Airline Million<br />Flights Fatal<br />Events Adj. Fatal<br />Events Last<br />Fatal<br />Accident<br /> Accident<br />Rate Overall<br />Rank<br />1-90<br />1 Lufthansa 7.76 1 0.02 1993 -2.48 4<br />2 British Airways 5.45 0 0 (1985) -1.76 7<br />3 Iberia Airlines 3.69 0 0 (1985) -1.19 12<br />4 SAS Scandinavian Airlines 5.76 1 1.00 2001 -0.86 14<br />5 KLM /KLM Cityhopper 2.66 1 0.09 1994 -0.77 16<br />6 Finnair 1.97 0 0 (1963) -0.63 20<br />7 RyanAir 1.58 0 0 None -0.51 22<br />8 EasyJet 1.32 0 0 None -0.42 23<br />9 Air Lingus 1.22 0 0 (1986) -0.39 25<br />10 Tap Air Portugal 1.03 0 0 (1977) -0.33 29<br />11 Austrian Airlines 0.98 0 0 (1960) -0.32 31<br />12 Air Europa 0.65 0 0 None -0.21 39<br />14 Alitalia 3.72 1 1.00 1990 -0.20 40<br />13 Malev-Hungarian Airlines 0.60 0 0 (1977) -0.19 41<br />15 Icelandair 0.55 0 0 (1951) -0.18 44<br />16 British Midland 1.71 1 0.40 1989 -0.15 46<br />17 JAT Yugslovian Airways 0.42 0 0 (1973) -0.14 47<br />18 Virgin Atlantic Airways 0.22 0 0 None -0.07 53<br />19 Ukraine International Airlines 0.15 0 0 None -0.05 56<br />20 Transaero Airlines 0.11 0 0 None -0.04 57<br />21 Air France 5.92 4 2.03 2000 0.12 60<br />22 Aeroflot Russian Airlines 1.97 1 1.00 1994 0.37 64<br />23 THY Turkish Airlines 1.73 2 1.70 2003 1.14 76<br />24 Olympic Airways 1.70 2 1.70 1999 1.15 77<br /><br /><span style="font-weight:bold;">ASIA - AUSTRALIA</span><br /><br />Regional<br />Rank <br />Airline Million<br />Flights Fatal<br />Events Adj. Fatal<br />Event Last<br />Fatal<br />Accident Accident<br />Rate Overall<br />Rank<br />1-90<br />1 All Nippon Airways 3.86 0 0 (1971) -1.24 11<br />2 Japan Air Lines 2.47 0 0 (1985) -0.80 15<br />3 Qantas Airways 2.27 0 0 (1951) -0.73 17<br />4 Air New Zealand 1.17 0 0 (1979) -0.38 26<br />5 Malaysia Airlines 3.18 1 0.65 1995 -0.37 27<br />6 Hanin Airlines 1.11 0 0 None -0.36 28<br />7 Cathy Pacific Airways 0.97 0 0 (1972) -0.31 32<br />9 Virgin Blue 0.60 0 0 None -0.19 42<br />10 Air India 0.47 0 0 (1985) - 0.15 45<br />11 Dragon Air 0.28 0 0 None -0.09 50<br />12 Air China 2.33 1 0.77 2002 0.02 58<br />13 Asiana Airlines 1.42 1 0.62 1993 0.17 62<br />14 China Southern Airlines 3.04 2 1.51 1997 0.53 69<br />15 Singapore Airlines/SilkAir 1.29 2 1.50 2000 1.09 75<br />16 China Eastern Airlines 2.14 3 1.86 2004 1.17 78<br />17 Garuda Indonesian 1.53 4 1.79 2007 1.30 79<br />18 Korean Air 2.32 4 2.33 1997 1.59 81<br />19 Philippine Air Lines 0.90 4 2.08 1994 1.79 82<br />20 Thai Airways International 1.73 3 2.69 1998 2.14 85<br />21 Pakistan International Airlines 1.18 3 3.00 2006 2.62 86<br />22 Indian Air Lines 1.70 5 3.99 1999 3.44 88<br />23 China Airlines 0.75 5 4.72 2002 4.48 90<br /><br /><span style="font-weight:bold;">SOUTH/CENTRAL AMERICA - MEXICO-CARIBBEAN</span><br /><br />Regional<br />Rank <br />Airline Million<br />Flights Fatal<br />Events Adj. Fatal<br />Event Last<br />Fatal<br />Accident Accident<br />Rate Overall<br />Rank<br />1-90<br />1 Aeromexico 2.05 0 1.00 (1986) -0.66 19<br />2 Mexicana Airlines 1.96 0 0 (1986) - 0.63 21<br />3 Aerolíneas Argentinas 0.99 0 0 (1970) -0.32 57<br />4 Air Jamacia 0.37 0 0 None -0.12 48<br />5 TACA International Airlines 0.42 1 .24 2000 0.10 59<br />6 Lan Chile Airlines 0.53 2 0.37 1991 0.20 63<br />7 Varig 2.38 2 1.24 1997 0.47 67<br />8 GOL Transportes Aereo 0.72 1 1.00 2006 0.77 72<br />9 TAM 1.78 4 2.06 2007 1.49 80<br />10 Avianca Colombian Airline 1.17 3 2.43 1990 2.05 84<br />11 Cubana 0.25 6 4.10 1999 4.02 89<br /><br /><span style="font-weight:bold;">AFRICA - MIDDLE EAST</span><br /><br />Regional<br />Rank <br />Airline Million<br />Flights Fatal<br />Events Adj. Fatal<br />Event Last<br />Fatal<br />Accident Accident<br />Rate Overall<br />Rank<br />1-90<br />1 Emirates Airline 0.66 0 0 None -0.21 38<br />2 El Al 0.33 0 0 (1955) -0.11 49<br />3 Royal Jordanian Airline 0.27 0 0 (1979) -0.09 51<br />4 Kuwait Airways 0.30 1 0.02 1988 -0.08 53<br />5 Air Zimbabwe 0.18 0 0 (1979) -0.06 54<br />6 Oman Aviation 0.16 0 0 None -0.05 55<br />7 Saudi Arabian Airlines 1.93 1 1.00 1996 0.38 65<br />8 South African Airways 1.09 1 1.00 1987 0.65 71<br />9 Royal Air Maroc 0.59 1 1.00 1994 0.81 73<br />10 EgyptAir 0.81 2 1.20 2002 0.94 74<br />11 Kenya Air 0.35 2 1.94 2000 1.83 83<br />12 Iran Air 0.75 4 3.21 2002 2.97 87<br />Data for number of flights provided by OAGback Aviation Solutions<br /><br /> <br /><br />Regional Rank = rank of airline accident rate within airlines geographical region<br />Million Flights = number of departures<br />Fatal Events = number of flights on which at least one passenger was killed<br />Adjusted Fatal Event = see explanation below<br />Last Event = the year in which the last fatal accident took place (dates in parenthesis are accidents not included in the calculations because they are older than 20 years)<br />Accident Rate = see explanation below<br />Overall Rank = rank of airline accident rate including all airlines<br /><br />The lower (more negative) the number in the "Accident Rate" column the better the rate.<br /><br />Methodology:<br /><br />The Accident Rate is calculated as follows:<br /><br /> Accident Rate = D - (A *(B/C))<br /><br /> Where:<br /><br /> A = number of million flights completed by the airline<br /> B = adjusted fatal events for all airlines<br /> C = number of million flights for all airlines<br /> D = adjusted fatal events of the airline<br /><br /> The Adjusted Fatal Event is calculated as follows:<br /><br /> The actual fatal events is adjusted downward depending on what percentage of people were killed in each accident. The calculation of "D" or Adjusted Fatal Events is illustrated in the following example.<br /><br /> An airline has 3 accidents involving fatalities:<br /> In the first accident 120 out of 120 passengers are killed.<br /> In the second accident 75 out of 150 passengers are killed.<br /> In the third accident 5 out of 200 passengers are killed.<br /><br /> 120/120 = 1<br /> 75/150 = 0.5<br /> 5/200 = 0.025<br /><br /> Instead of 3 actual fatal events, the Adjusted Fatal Events becomes, 1 + 0.5 + 0.025 or 1.525.<br /><br />Sumber Info : <a href="http://www.planecrashinfo.com/rates.htm">http://www.planecrashinfo.com/rates.htm</a><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-77983554898061581462007-12-28T10:54:00.000+07:002007-12-28T11:05:08.781+07:00Karl Marx<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT4DfS5Rnvf7LyjtCTNArDp4KwrUb0JazpLDEm3GlOZBDVA-NX2R8LkLe0IC3KXGPJnzv6AXUfmM5Kfv8oFU1JBe2KvBwDGBjLcNRJ-437H3NqJ516M5OEq4IvhtXviIVCJPsWC6OS-E3U/s1600-h/Karl_Marx_001.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT4DfS5Rnvf7LyjtCTNArDp4KwrUb0JazpLDEm3GlOZBDVA-NX2R8LkLe0IC3KXGPJnzv6AXUfmM5Kfv8oFU1JBe2KvBwDGBjLcNRJ-437H3NqJ516M5OEq4IvhtXviIVCJPsWC6OS-E3U/s200/Karl_Marx_001.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5148868314383320626" /></a>Karl Heinrich Marx (May 5, 1818 – March 14, 1883) was a 19th century philosopher, political economist, and revolutionary. Marx addressed a wide range of political as well as social issues; he is most famous for his analysis of history, summed up in the opening line of the Communist Manifesto (1848): “The history of all hitherto existing society is the history of class struggles”. Marx believed that capitalism will be displaced by communism, a classless society after a transitional period of radical socialism during which the state would be nothing else but the revolutionary dictatorship of the proletariat.[1][2]<br /><br />Often called the father of communism, Marx was both a scholar and a political activist. He argued that his analysis of capitalism revealed that the contradictions within capitalism would bring about its own end, giving way to communism:<br /><br /> The development of Modern Industry, therefore, cuts from under its feet the very foundation on which the bourgeoisie produces and appropriates products. What the bourgeoisie therefore produces, above all, are its own grave-diggers. Its fall and the victory of the proletariat are equally inevitable. <br />On the other hand, Marx wrote that capitalism would end through the organized actions of an international working class: "Communism is for us not a state of affairs which is to be established, an ideal to which reality [will] have to adjust itself. We call communism the real movement which abolishes the present state of things. The conditions of this movement result from the premises now in existence." (from The German Ideology)<br /><span class="fullpost"><br />While Marx was a relatively obscure figure in his own lifetime, his ideas began to exert a major influence on workers' movements shortly after his death. This influence was given added impetus by the victory of the Marxist Bolsheviks in the Russian October Revolution, and there are few parts of the world which were not significantly touched by Marxian ideas in the course of the twentieth century. The relation of Marx to "Marxism" is a point of controversy. Marxism remains influential and controversial in academic and political circles. In his book "Marx's 'Das Kapital'" (2006), biographer Francis Wheen reiterates David McLellan's observation that since Marxism had not triumphed in the West, "it had not been turned into an official ideology and is thus the object of serious study unimpeded by government controls."<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Biography</span><br /><br />Karl Heinrich Marx was born the third of seven children of a Jewish family in Trier, in the Kingdom of Prussia's Province of the Lower Rhine. His father Heinrich (1777–1838), who had descended from a long line of rabbis, converted to Christianity, despite his many deistic tendencies and his admiration of such Enlightenment figures as Voltaire and Rousseau. Marx's father was actually born Herschel Mordechai, but when the Prussian authorities would not allow him to continue practicing law as a Jew, he joined the official denomination of the Prussian state, Lutheranism, which accorded him advantages, as one of a small minority of Lutherans in a predominantly Roman Catholic region. His mother was Henrietta (née Presborck; 1788–1863); his siblings were Sophie, Hermann, Henriette, Louise (m. Juta), Emilie and Caroline.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Education</span><br /><br />Marx was educated at home until the age of thirteen. After graduating from the Trier Gymnasium, Marx enrolled in the University of Bonn in 1835 at the age of seventeen to study law, where he joined the Trier Tavern Club drinking society and at one point served as its president; his grades suffered as a result. Marx was interested in studying philosophy and literature, but his father would not allow it because he did not believe that his son would be able to comfortably support himself in the future as a scholar. The following year, his father forced him to transfer to the far more serious and academically oriented Friedrich-Wilhelms-Universität in Berlin. During this period, Marx wrote many poems and essays concerning life, using the theological language acquired from his liberal, deistic father, such as "the Deity," but also absorbed the atheistic philosophy of the Young Hegelians who were prominent in Berlin at the time. Marx earned a doctorate in 1841 with a thesis titled The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature, but he had to submit his dissertation to the University of Jena as he was warned that his reputation among the faculty as a Young Hegelian radical would lead to a poor reception in Berlin. <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi2rVeRtE1b-Pm9MJLd_wbSYsJDNc4sw-wZU-j-12I3ZCWt6Ew23q5FXXEiIU2ziOedilv8udC8tZtBZ6GNWxQIQiEMYJE1b7sqysfm9SKD0HBH0aT-tT2bT0W4ndZUwjIshFyQ21wlj2L/s1600-h/YoungerMarx.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi2rVeRtE1b-Pm9MJLd_wbSYsJDNc4sw-wZU-j-12I3ZCWt6Ew23q5FXXEiIU2ziOedilv8udC8tZtBZ6GNWxQIQiEMYJE1b7sqysfm9SKD0HBH0aT-tT2bT0W4ndZUwjIshFyQ21wlj2L/s200/YoungerMarx.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5148869091772401218" /></a><span style="font-weight:bold;">Marx and the Young Hegelians</span><br /><br />The Left, or Young Hegelians, consisted of a group of philosophers and journalists circling around Ludwig Feuerbach and Bruno Bauer opposing their teacher Hegel. Despite their criticism of Hegel's metaphysical assumptions, they made use of Hegel's dialectical method, separated from its theological content, as a powerful weapon for the critique of established religion and politics. Some members of this circle drew an analogy between post-Aristotelian philosophy and post-Hegelian philosophy. One of them, Max Stirner, turned critically against both Feuerbach and Bauer in his book "Der Einzige und sein Eigenthum" (1845, The Ego and Its Own), calling these atheists "pious people" for their reification of abstract concepts. Marx, at that time a follower of Feuerbach, was deeply impressed by the work and abandoned Feuerbachian materialism and accomplished what recent authors have denoted as an "epistemological break." He developed the basic concept of historical materialism against Stirner in his book "Die Deutsche Ideologie" (1846, The German Ideology), which he did not publish.[3] Another link to the Young Hegelians was Moses Hess, with whom Marx eventually disagreed, yet to whom he owed many of his insights into the relationship between state, society and religion.<br /><br />Towards the end of October 1843, Marx arrived in Paris, France. There, on August 28, 1844, at the Café de la Régence on the Place du Palais he began the most important friendship of his life, and one of the most important in history – he met Friedrich Engels. Engels had come to Paris specifically to see Marx, whom he had met only briefly at the office of the Rheinische Zeitung in 1842.[4] He came to show Marx what would turn out to be perhaps Engels' greatest work, The Condition of the Working Class in England in 1844.[5] Paris at this time was the home and headquarters to armies of German, British, Polish, and Italian revolutionaries. Marx, for his part, had come to Paris to work with Arnold Ruge, another revolutionary from Germany, on the Deutsch-Französische Jahrbücher .[6]<br /><br />After the failure of the Deutsch-Französische Jahrbücher, Marx, living on the Rue Vaneau, wrote for the most radical of all German newspapers in Paris, indeed in Europe, the Vorwärts, established and run by the secret society called League of the Just. Marx's topics were generally on the Jewish question and Hegel. When not writing, Marx studied the history of the French Revolution and read Proudhon.[7] He also spent considerable time studying a side of life he had never been acquainted with before – a large urban proletariat.<br /><br /> [Hitherto exposed mainly to university towns...] Marx's sudden espousal of the proletarian cause can be directly attributed (as can that of other early German communists such as Weitling[8]) to his first hand contacts with socialist intellectuals [and books] in France.[9] <br /><br /><br />He re-evaluated his relationship with the Young Hegelians, and as a reply to Bauer's atheism wrote On the Jewish Question. This essay was mostly a critique of current notions of civil and human rights and political emancipation, which also included several critical references to Judaism as well as Christianity from a standpoint of social emancipation. Engels, a committed communist, kindled Marx's interest in the situation of the working class and guided Marx's interest in economics. Marx became a communist and set down his views in a series of writings known as the Economic and Philosophical Manuscripts of 1844, which remained unpublished until the 1930s. In the Manuscripts, Marx outlined a humanist conception of communism, influenced by the philosophy of Ludwig Feuerbach and based on a contrast between the alienated nature of labor under capitalism and a communist society in which human beings freely developed their nature in cooperative production.<br /><br />In January 1845, after the Vorwärts expressed its hearty approval regarding the assassination attempt on the life of Frederick William IV, King of Prussia, Marx, among many others, were ordered to leave Paris. He and Engels moved on to Brussels, Belgium.<br /><br />Marx devoted himself to an intensive study of history and elaborated on his idea of historical materialism, particularly in a manuscript (published posthumously as The German Ideology), the basic thesis of which was that "the nature of individuals depends on the material conditions determining their production." Marx traced the history of the various modes of production and predicted the collapse of the present one—industrial capitalism—and its replacement by communism. This was the first major work of what scholars consider to be his later phase, abandoning the Feuerbach-influenced humanism of his earlier work.<br /><br />Next, Marx wrote The Poverty of Philosophy (1847), a response to Pierre-Joseph Proudhon's The Philosophy of Poverty and a critique of French socialist thought. These works laid the foundation for Marx and Engels' most famous work, The Communist Manifesto, first published on February 21, 1848, as the manifesto of the Communist League, a small group of European communists who had come to be influenced by Marx and Engels.<br /><br />Later that year, Europe experienced tremendous revolutionary upheaval. Marx was arrested and expelled from Belgium; in the meantime a radical movement had seized power from King Louis Philippe in France, and invited Marx to return to Paris, where he witnessed the revolutionary June Insurrection (Revolutions of 1848 in France) first hand.<br /><br />When this collapsed in 1849, Marx moved back to Cologne and started the Neue Rheinische Zeitung ("New Rhenish Newspaper"). During its existence he was put on trial twice, on February 7, 1849 because of a press misdemeanor, and on the 8th charged with incitement to armed rebellion. Both times he was acquitted. The paper was soon suppressed and Marx returned to Paris, but was forced out again. This time he sought refuge in London.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">London</span><br /><br />Marx moved to London in May 1849, where he was to remain for the rest of his life. He briefly worked as correspondent for the New York Herald Tribune in 1851.[10] In 1855, the Marx family suffered a blow with the death of their son, Edgar, from tuberculosis.[11] Meanwhile, Marx's major work on political economy made slow progress. By 1857 he had produced a gigantic 800 page manuscript on capital, landed property, wage labour, the state, foreign trade and the world market. This work however was not published until 1941, under the title Grundrisse. In the early 1860s he worked on composing three large volumes, the Theories of Surplus Value, which discussed the theoreticians of political economy, particularly Adam Smith and David Ricardo. This work, that was published posthumously under the editorship of Karl Kautsky is often seen as the Fourth book of Capital, and constitutes one of the first comprehensive treatises on the history of economic thought. In 1867, well behind schedule, the first volume of Capital was published, a work which analyzed the capitalist process of production. Here, Marx elaborated his labor theory of value and his conception of surplus value and exploitation which he argued would ultimately lead to a falling rate of profit and the collapse of industrial capitalism. Volumes II and III remained mere manuscripts upon which Marx continued to work for the rest of his life and were published posthumously by Engels. In 1859, Marx was able to publish Contribution to the Critique of Political Economy, his first serious economic work. In his journalistic work of this period, Marx championed the Union cause in the American Civil War.<br /><br />One reason why Marx was so slow to publish Capital was that he was devoting his time and energy to the First International, to whose General Council he was elected at its inception in 1864. He was particularly active in preparing for the annual Congresses of the International and leading the struggle against the anarchist wing led by Mikhail Bakunin (1814–1876). Although Marx won this contest, the transfer of the seat of the General Council from London to New York in 1872, which Marx supported, led to the decline of the International. The most important political event during the existence of the International was the Paris Commune of 1871 when the citizens of Paris rebelled against their government and held the city for two months. On the bloody suppression of this rebellion, Marx wrote one of his most famous pamphlets, The Civil War in France, an enthusiastic defense of the Commune.<br /><br />During the last decade of his life, Marx's health declined and he was incapable of the sustained effort that had characterized his previous work. He did manage to comment substantially on contemporary politics, particularly in Germany and Russia. In Germany, in his Critique of the Gotha Programme, he opposed the tendency of his followers Wilhelm Liebknecht (1826–1900) and August Bebel (1840–1913) to compromise with the state socialism of Ferdinand Lassalle in the interests of a united socialist party. In his correspondence with Vera Zasulich, Marx contemplated the possibility of Russia's bypassing the capitalist stage of development and building communism on the basis of the common ownership of land characteristic of the village Mir.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2P3c7-YB6hsLnkuXl-5EgSzoxgIclV6750GKeW0EcXh67hFmOpnZx9AfScPjWCRL5xVivbsIYtL7yBmGP9K-xF_sotbJkSJ7P2srMqAdrfC52ABxA1nD77akFrLhNE8zHZ6RwQnyghtmq/s1600-h/Marx_old.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2P3c7-YB6hsLnkuXl-5EgSzoxgIclV6750GKeW0EcXh67hFmOpnZx9AfScPjWCRL5xVivbsIYtL7yBmGP9K-xF_sotbJkSJ7P2srMqAdrfC52ABxA1nD77akFrLhNE8zHZ6RwQnyghtmq/s200/Marx_old.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5148869495499327074" /></a><span style="font-weight:bold;">Family life</span><br /><br />Marx in 1882.<br />Karl Marx was married to Jenny von Westphalen, the educated daughter of a Prussian baron. Karl Marx's engagement to her was kept secret at first, and for several years was opposed by both the Marxes and Westphalens. Despite the objections, the two were married on June 19, 1843 in Kreuznacher Pauluskirche, Bad Kreuznach.<br /><br />During the first half of the 1850s the Marx family lived in poverty and constant fear of creditors in a three room flat on Dean Street in the Soho quarter of London. Marx and Jenny already had four children and three more were to follow. Of these only three survived to adulthood. Marx's major source of income at this time was Engels, who was drawing a steadily increasing income from the family business in Manchester. This was supplemented by weekly articles written as a foreign correspondent for the New York Daily Tribune. Inheritances from one of Jenny's uncles and her mother who died in 1856 allowed the family to move to somewhat more salubrious lodgings at 9 Grafton Terrace, Kentish Town a new suburb on the then-outskirts of London. Marx generally lived a hand-to-mouth existence, forever at the limits of his resources, although this did extend to some spending on relatively bourgeois luxuries, which he felt were necessities for his wife and children given their social status and the mores of the time.<br /><br />There is a disputed rumour that Marx was the father of Frederick Demuth, the son of Marx's housekeeper, Lenchen Demuth. It has been suggested that this rumour lacks any direct corroboration.[12]<br /><br />Marx's children by his wife were: Jenny Caroline (m. Longuet; 1844–1883); Jenny Laura (m. Lafargue; 1846–1911); Edgar (1847–1855); Henry Edward Guy ("Guido"; 1849–1850); Jenny Eveline Frances ("Franziska"; 1851–1852); Jenny Julia Eleanor (1855–1898); and one more who died before being named (July 1857). <br /><br />source : http://encyclopedia.thefreedictionary.com/karl+marx<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-60867856792042890572007-12-18T14:16:00.000+07:002007-12-18T14:21:29.373+07:009 Dreams of RasullullahDaripada Abdul Rahman Bin Samurah ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda:<br /><br />"Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi-mimpi yang menakjubkan pada malam aku sebelum di Israqkan........"<br /><br />1. Aku telah melihat seorang dari umatku telah di datang oleh malaikatul maut dengan keadaan yg amat mengerunkan untuk mengambil nyawanya, maka malaikat itu terhalang perbuatannya itu disebabkan oleh Ketaatan Dan Kepatuhannya Kepada Kedua Ibubapanya..<br /><br />2. Aku melihat seorang dari umatku telah disediakan azab kubur yang amat menyiksakan, diselamatkan oleh berkat Wuduknya Yang Sempurna..<br /><br />3. Aku melihat seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh syaitan-syaitan dan iblis-iblis lakhnatullah, maka ia diselamatkan dengan berkat Zikirnya Yang Tulus Ikhlas kepada Allah.<br /><span class="fullpost"><br />4. Aku melihat bagaimana umatku diseret dengan rantai yang diperbuat daripada api neraka jahanam yang dimasukkan dari mulut dan dikeluarkan rantai tersebut ke duburnya oleh malaikut Ahzab,tetapi Solatnya Yang Khusuk Dan Tidak Menunjuk-nunjuk telah melepaskannya dari seksaan itu.<br /><br />5. Aku melihat umatku ditimpa dahaga yang amat berat, setiap kali dia mendatangi satu telaga di halang dari meminumnya,ketika itu datanglah pahala Puasanya Yang Ikhlas Kepada Allah S.W.T. memberi minum hingga ia merasa puas.<br /><br />6. Aku melihat umatku cuba untuk mendekati kumpulan para nabi yang sedang duduk berkumpulan-kumpulan, setiap kali dia datang dia akan diusir, maka menjelmalah Mandi Junub Dengan Rukunnya Yang Sempurna sambil ke kumpulanku seraya duduk disebelahku.<br /><br />7. Aku melihat seorang dari umatku berada di dalam keadan gelap gelita di sekelilingnya, sedangkan dia sendiri di dalam keadaan binggung, maka datanglah pahala Haji Dan Umrah nya Yang Ikhlas Kepada Allah S.W.T. lalu mengeluarkannya dari kegelapan kepada tempat yang terang - benderang.<br /><br />8. Aku melihat umatku cuba berbicara dengan golongan orang mukmin tetapi mereka tidakpun membalas bicaranya,maka menjelmalah Sifat Silaturrahim nya Dan Tidak Suka Bermusuh-musuhan Sesama Umatku lalu menyeru kepada mereka agar menyambut bicaranya,lalu berbicara mereka dengannya.<br /><br />9. Aku melihat umatku sedang menepis-nepis percikan api ke mukanya, maka segeralah menjelma pahala Sedekahnya Yang Ikhlas Kerana Allah S.W.T. lalu menabir muka dan kepalanya dari bahaya api tersebut.<br /><br /><br />Sabda Rasulullah SAW : "Sampaikanlah Pesananku Kepada Umatku Yang Lain Walaupun Dengan Sepotong Ayat"<br /><br />Dihantar Oleh : e_jaf<br /><a href="http://groups.msn.com/sahabatakrab/antara9mimpirasulullahsaw.msnw">http://groups.msn.com/sahabatakrab/antara9mimpirasulullahsaw.msnw</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-17201388576413833862007-12-18T14:14:00.000+07:002007-12-18T14:16:24.581+07:00Search Engine Statisticmembaca profil pengguna internet<br />Kata apa yang paling dicari sepanjang 2004? Di mana statistik search engine terkini bisa didapatkan?<br /><br />Paris Hilton dan Britney Spears adalah cewek paling dicari! Statistik yang dipublikasikan 3 search engine, yaitu Google, Yahoo!, Lycos menempatkan keduanya di daftar 10 besar pencarian sepanjang 2004.<br /><br />Google! <br /><br />1. Britney Spears <br />2. Paris Hilton <br />3. Christina Aguilera <br />4. Pamela Anderson <br />5. Chat <br />6. Games <br />7. Carmen Electra <br />8. Orlando Bloom <br />9. Harry Potter <br />10.MP3 <br /><br />Yahoo!<br /><br />1. American Idol<br />2. Paris Hilton<br />3. Jessica Simpson<br />4. Britney Spears<br />5. Harry Potter<br />6. WWE<br />7. Usher<br />8. NASCAR<br />9. NBA<br />10.NFL<br /><br />Lycos!<br /><br />1. Janet Jackson<br />2. Paris Hilton<br />3. Clay Aiken<br />4. Britney Spears<br />5. Nick Berg<br />6. KaZaA<br />7. Tattoos<br />8. Pamela Anderson<br />9. Michelle Vieth<br />10.Poker<br /><br /><span class="fullpost"><br />Melihat sekilas statistik tersebut, mungkin tidak salah jika disimpulkan secara cepat bahwa sebagian besar pengguna internet adalah mereka yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Terlihat juga bahwa dunia hiburan: musik, film, dan olah raga, mendominasi statistik tersebut, yang berarti sebagian besar memanfaatkan internet for fun!<br /><br />Yang menarik, nama-nama artis seksi bertebaran: Paris Hilton, Britney Spears, Jessica Simpson, Pamela Anderson, Carmen Electra, Christina Aguilera, Janet Jackson, Orlando Bloom, Clay Aiken. Melihat hasilnya, ketertarikan secara seksual boleh dibilang mendominasi, mengingat statistik semacam ini biasanya sudah memfilter kata-kata atau frase yang secara eksplisit bermuatan seksual, seperti “sex” dan semacamnya. Lihat saja bagaimana Janet Jackson, artis yang bisa dibilang “sudah lewat zamannya” bisa masuk 10 besar di Lycos. Ini tak lain karena pada awal tahun 2004 Janet Jackson membuat sensasi heboh dengan mempertontonkan sebagian tubuhnya “secara tidak sengaja” pada saat jeda Super Bowl.<br /><br />Google menyediakan statistik bulanan dengan istilah Google Zeitgeist, dimana anda bisa tidak hanya bisa statistik secara keseluruhan seperti pada tabel di atas, namun juga berdasarkan kategori, seperti berita apa yang paling dicari, artis cewek yang paling dicari, dan sebagainya. Juga pencarian yang berkaitan dengan event pada bulan yang bersangkutan, misalnya pencarian yang berkaitan dengan valentine di bulan Februari. Untuk statistik tahun 2004, Google menyediakan statistik yang dipresentasikan secara interaktif menggunakan Flash. Terpilihnya SBY sebagai presiden RI dan juga bencana tsunami di Aceh disebut-sebut di presentasi interaktif tersebut. Google juga menyediakan data dari berbagai penjuru dunia, misalnya dari Jerman, Prancis, Australia, Cina, dan sebagainya.<br /><br />Yahoo! juga memiliki statistik serupa yang dinamakan Yahoo! Buzz Log. Statistik di-update secara harian. Untuk laporan tahun 2004, Yahoo! juga memilah-milah pencarian dalam beberapa kategori, dan dilengkapi juga dengan grafik yang cukup menarik, misalnya “War of the Trilogies” yang menyajikan grafik perbandingan pencarian antara 3 film trilogi yang populer, yaitu Star Wars, Hary Potter, serta Lord of the Rings.<br /><br />Lycos juga punya Lycos 50 yang menyajikan statistik mingguan, yang disertai penjelasan secara deskriptif. Statistik tahun 2004 juga disertai uraian deskriptif serupa, lengkap dengan analisis tren di tahun 2005.<br /><br />Statistik dapat memberikan gambaran mengenai tren yang terjadi. Mengenai pemanfaatannya, tentu tergantung pada kebutuhan masing-masing. Untuk meneliti selera pasar, untuk menentukan target market, atau... just for fun, seperti yang dilakukan para pengguna internet ini!<br />Link Terkait<br /><br />* Yahoo! Buzz Log: http://buzz.yahoo.com<br />* Google Zeitgeist: http://www.google.com/press/zeitgeist.html<br />* Lycos 50: http://50.lycos.com<br /><br />Sumber:<br /><a href="http://www.fiesto.com/idindex.php?pid=idarticle&aid=250">http://www.fiesto.com/idindex.php?pid=idarticle&aid=250</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-53847976160665169582007-12-18T14:12:00.003+07:002007-12-18T14:13:00.842+07:00Bell's PalsySaya juga pernah merasakan hal yang sama, lengan kanan sukar bergerak<br />karena tersembur AC selama bekerja di komputer. Semoga info ini bermanfaat<br /><br />Bulan November kemarin, saya merasakan sesuatu yang aneh pada wajah saya.<br />Ketika saya menggelembungkan mulut, bibir kiri saya tidak bisa menutup.<br />Begitu juga ketika memicingkan mata. Mata kiri saya sama sekali tidak<br />bergerak. Wajah bagian kiri saya sangat kaku. Mata kiri tidak bisa<br />menutup.<br />Hidung ketarik ke atas. Dan bibir bagian kiri menekuk ke bawah. Sekilas,<br />wajah saya seperti orang ngambek. Lebih parah kalo lagi tertawa. Mimik<br />wajah saya seperti orang yang sinis dan sangat menyebalkan.<br /><br />Saya melakukan cek ke Dokter Spesialis Syaraf dan saya diberitahu kalau<br />mengalami penyakit yang dikenal dengan sebutan Bell 's Palsy.<br /><br /><br />APA ITU BELL'S PALSY?<br /><span class="fullpost"><br />Dokter itu menceritakan kepada saya perihal Bell's Palsy.<br />Bell's Palsy (Facial Palsy) adalah kelainan di mana syaraf wajah (dikenal<br />dengan sebutan Syaraf Ke-7 atau Cranial Nerve, y aitu syaraf yang<br />mengontrol pergerakan wajah. Posisinya berada sekitar 1 jari di depan<br />telinga kiri / kanan Anda) tidak berfungsi dengan baik / kaku / paralize.<br />Akibatnya salah satu bagian wajah seperti tertarik / mencong. Penyakit ini<br />biasa terjadi di kota atau negara bersuhu dingin. Selain itu, kelainan ini<br />dapat menyerang pada orang-orang yang :<br /><br />1. Terlalu lama berada di dalam ruang ber-AC.<br /><br />2. Terkena semburan AC / kipas angin langsung ke wajah.<br /><br />3. Mengendarai motor tanpa helm yang menutup wajah dengan<br />rapat.<br /><br />4. Mandi air dingin di malam hari.<br /><br />APA BELL'S PALSY SAMA DENGAN GEJALA STROKE?<br /><br />Berbeda dengan Stroke (yang sama-sama membuat salah satu bagian wajah<br />mencong / ketarik), Bell's Palsy hanya menyerang syaraf wajah. Sedangkan<br />fungsi tubuh berjalan normal. Namun ada beberapa kasus di mana Bell's<br />Palsy<br />menyerang syaraf otak, sehingga ada penderita yang tidak mampu berbicara<br />jelas seperti penderita Stroke. Walau demikian, pikirannya masih sangat<br />jernih dan dia masih dapat berkomunikasi dengan cara menulis.<br /><br />Jika Anda terkena Bell's Palsy, segeralah berobat ke Rumah Sakit. Maksimal<br />2 hari setelah Anda mengalami kelainan itu. Jika tidak, syaraf yang kaku<br />dapat mengganggu otak yang menyebabkan penderita lumpuh. Selain itu ,<br />wajah<br />yang kaku akan semakin sulit dikembalikan ke bentuk asalnya.<br /><br />Pengobatan yang disarankan dokter adalah fisiotherapy, di mana wajah<br />penderita akan dikompres dengan lampu sinar dan diberi kejutan listrik di<br />sekitar wajah. Namun Anda bisa juga menggunakan alternatif pengobatan<br />lain,<br />seperti akupuntur. Asal saya sarankan untuk tidak mencampur pengobatan<br />fisioterapi dan akupuntur di waktu bersamaan. Saya dengar kabar ada<br />seorang<br />penderita yang wajahnya kaku total karena mencampur kedua pengobatan itu.<br /><br />Waktu pengobatan cukup lama. Baik fisioterapi maupun akupuntur bisa 2-3<br />bulan baru sembuh, bahkan ada penderita yang hingga tahunan diobati tidak<br />sembuh2. Semua itu tergantung dari ketelatenan kita dalam berobat. Jika<br />ingin cepat sembuh, begitu mengalami kelainan, segera ke Rumah Sakit. Dan<br />selama berobat, rutinlah mengikuti sesi pengobatan.<br /><br /><br />PENCEGAHAN<br /><br />Seperti disarankan oleh Dokter Syaraf yang menangani saya, agar Bell's<br />Palsy tidak mengenai kita, cara-cara yang bisa ditempuh adalah :<br /><br />1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah<br />angin mengenai wajah.<br /><br />2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa<br />wajah langsung. Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin<br />terpasang di langit-langit, jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu<br />gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian kipas.<br /><br />3. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam<br />hari.<br />Selain tidak bagus untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.<br /><br />4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan<br />pelindung<br />mata. Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah<br />berpotensi tinggi menyebabkan Anda menderita Bell's Palsy.<br /><br />5. Setelah berolah raga berat, JANGAN LANGSUNG mandi atau mencuci wajah<br />dengan air dingin.<br /><br />6. Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena angin<br />langsung. Tutupi wajah dengan kain atau penutup. Takut dibilang "orang<br />aneh"? Pertimbangkan dengan biaya yang Anda keluarkan untuk pengobatan.<br /><br />Sebagai catatan :<br />1. Wanita hamil berpotensi 3X lebih mudah terkena Bell's Palsy daripada<br />wanita yang tidak hamil.<br />2. Penderita diabetes, perokok, dan pengguna obat-obatan sejenis steroid<br />berpotensi 4X lebih mudah terserang Bell's Palsy daripada orang lain.<br />3. Rata-rata 40.000 orang Amerika setiap tahun menderita Bell's Palsy.<br />4. Terakhir, ini adalah catatan beberapa orang terkenal yang pernah<br />menderita Bell's Palsy. Beberapa di antaranya sembuh total, namun tidak<br />sedikit yang tidak sembuh sehingga hingga kini, wajah mereka masih tampak<br />mencong akibat penyakit itu. Mereka adalah :<br />a. Sylvester Stallone<br />b. John Travolta.<br />c. Jean Chretien (Perdana Menteri Canada )<br />d. John McCain (senator Arizona )<br />e. Jim Ross (komentator World Wrestling Entertainment)<br />f. Rick Savage (bassis grup metal Def Leppard)<br />g. Ayrton Senna (pembalap)<br />h. Tom Holland (sutradara)<br />i. Andrew Llyod Webber (komposer)<br />j. Pete Maravich (pebasket)<br /><br />Demikian informasi dari saya. Semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br />MIRANTI AYU PUTRI<br />Marketing Services<br />Marketing & Sales Directorate<br />PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV)<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2300543280807666404.post-406265439469748512007-12-18T14:07:00.000+07:002007-12-18T14:11:31.323+07:00Wacth out DBD (Dengue Hemorhagic Fever)Demam Berdarah atau DBD(Demam Berdarah Dengeu) atau juga bisa disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), belakangan ini mulai merebak kembali. Sasaran utamanya adalah anak kecil, karena nyamuk penyebar demam berdarah ini mulai beroperasi di siang hari bukan di malam hari.<br /><br />Penyebab dari Demam Berdarah ini Adalah :<br />Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.<br /><br />1]. Cara mencegahnya : <span class="fullpost"><br />1. Lakukan 3 M ( Menguras, Mengubur, serta menimbun barang - barang bekas atau yang sudah tidak terpakai lagi)<br />2. Taburkan bubuk ABATE kedalam tempat penampungan air.<br />3. Lakukan penyemprotan / pemberantasan nyamuk demam berdarah secara berkala.<br />4. Berikan lotion anti serangga terhadap badan kita.<br />5. Lakukan pembersihan lingkungan berkala.<br />6. Bila ada, taruhlah 1 sampai 2 pot tanaman nyamuk.(perlu diketahui bahwa salah satu wilayah yang berada di kawasan jakarta selatan telah mencoba untuk menanam min 1 pot di setiap rumahnya, dan menjadi bukti dalam beberapa tahun ini bebas dari nyamuk DBD )<br />7. Gunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).<br /><br />" Penyemprotan ini bisa dilakukan 2 kali dalam setahun atau 3 kali saja " terkecuali wilayah anda sudah mulai tersebar wabah demam berdarah.<br /><br /><br />2]. Gejala<br />Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :<br />a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C)<br />b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.<br />c. Hepatomegali (pembesaran hati).<br />d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.<br />e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm³.<br />f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.<br />g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.<br />h. Pendarahan pada hidung dan gusi.<br />i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.<br /><br />3. Masa Inkubasi<br />Masa inkubasi penyakit Demam Berdarah terjadi selama 4-6 hari.<br /><br /><br />PENGOBATAN<br /><br />Pengobatan penderita Demam Berdarah adalah dengan cara:<br /><br />* • Penggantian cairan tubuh.<br />* • Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter –2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).<br />* • Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.<br />* * Penambah trombosit yang turun dengan meminum air rebusan Angkak.<br /><br />Artikel ini di sadur dari http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm dan berbagai sumber lainnya.<br /><br />" Lebih baik Mencegah dari pada Mengobati "<br /><br />Kalau bukan kita, siapa lagi yang perduli<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0