READ MORE ABOUT THIS TOPIC -> blogger, blogspot, flickr,
airlines, keywords, php, program, affiliate, adsense,
google, yahoo, lycos, AOL, search engine, alexa,
information, cars

March 10, 2008

Love, Loving and Loved ( Part III )

Seminggu pertama,

Seminggu sudah aku menjadi mahasiswa Universitas Bina Nusantara, mempunyai 3 orang teman yang gokil dan asik semuanya untuk di ajak share, ngobrol, dan becanda.
Dhanny, Glenn dan Awin, mereka lah ketiga temanku yang baru saja aku kenal. seminggu berlalu pula, aku mulai mengenal beberapa orang yang lainnya.
Martin, Jimmy dan Berto, serta Gusur dan Boim aku sebut saja begitu walaupun itu hanya panggilan buat mereka.

Martin kost di belakang kampus Anggrek dengan Berto, dan Jimmy sering kesana. Aku di ajak oleh Jimmy pertama kali mengunjungi ke Kostan Martin.

"..woiy woks, lagi ngapain bro...ke kostan si Martin yuk!!!", ajak Jimmy.

"..ehm mang dimana Jim, ganggu ga!!"

"..ya elah...udah ayo...ga koq...si Martin anaknya asik..."

Lalu aku ikut dengan ajakan si Jimmy, kami berdua menuju kostannya si Martin. Sesampainya disana aku melihat Boim dan Gusur sedang bermain Kartu Remi, memang hanya iseng - iseng aja seh, tidak ada taruhannya.

Aku melihat Martin sedang mengobrol dengan seorang laki - laki yang tingginya kira - kira 3/4 dari tinggi ku dan berbadan gempal, kulit kuning langsat. Dengan muka persahabatan yang kental ala budaya Sunda mereka menyapaku dan Jimmy.

"...Woiy Jim...darimana aja loe, eh woks...apa kabar loe...", Martin menyapaku hangat.

"...Yoi Jim, gilee loe....kemana aja beberapa hari ini ga nongol...", terkekeh sembari menyapa si Jimmy pria yang tadi sedang mengobrol dengan Martin.

Lalu kami bersalaman satu sama lain.

"...oiya Woks, kenalain nie temen kostan gw....namanya Berto...", Martin mengenalkan aku pada pria itu.

"...oh...gw Towoks...", bergaya khas cuek, aku coba menyapanya ramah.

"...Berto...", menyambut salam kenalku si Berto.

"...ada siapa diatas Tin...", Jimmy memutuskan keheningan sejenak.

"...Boim ma Gusur, lagi main Kartu...dari pagi tuh bocah...ga kuliah...hehehe.."

"...wah gilee juga seh tu orang berdua...", Jimmy menimpali kekehan Martin.

"Sama aja kaya loe Jim....gimana mau maju....kuliah baru dah bolos...hehehehe", Berto berbicara penuh canda.

"...oiya To, loe ambil jurusan apaan..", Aku coba mengalihkan pembicaraan.

"...Manajemen Wo, loe pada satu jurusan nie..", Berto balas bertanya.

"Iya...kita pada satu jurusan dan satu kelas pula...", jawabku.

Kostan Martin terletak sekitar 100 meter di belakang Kampus Anggrek, di sebelah rumah pak RT dan berbentuk tingkat.

Ada 2 lantai dan hanya dua kamar, satu kamar setiap lantainya. 1 kamar berukuran sekitar 4 x 5 meter per segi, dan ditambah 1 x 2 ruangan kamar mandi yang berada didalam kamar. Di sebelah kanan kostan mereka ada sebuah pemakaman kecil keluarga penduduk sekitar, yang hanya berbatasan dengan jalan yang ukurannya kurang lebih 3 meter.

Aku telah mendapatkan teman baru kembali yang lumayang akrab. Jimmy, Martin, Gusur dan Boim yang satu jurusan denganku serta Berto teman se-kostannya Martin.

Aku berada di kostan Martin hari ini sampai waktu telah menunjukkan pukul 15.30 wib, aku berpamitan pulang kepada Martin, Jimmy dan Boim, karena memang Gusur sudah pulang dan Berto sedang pergi makan.

" Tin, Jim, Im.....gw balik bro...dah sore nie...thanks yups Tin..."

"...ok Woks....hati-hati yah man...", Jimmy membalasnya dengan gaya ala group band beraliran R&B LimpBizkits.

"...ok Jim...thanks yah...", balasku.

Setibanya di rumah, aku kembali teringat dengan teman - temanku yang baru di Kampus dan mencoba mengingat - ingat kembali wajah serta nama - nama mereka. Karenanya, aku mempunyai penyakit yang susah hilangnya, awal penyakit itu memang dari kebiasaan buruk ku yang menganggap remeh sesuatu. Penyakitku itu sudah dari aku SMP yaitu pelupa.

"...ehm...Jimmy, Martin, Berto, Boim....waduh satu lagi siapa yah...", aku bergumam dalam hati.

"...ihhh...koq lupa yah....besok deh gw tanya ke Jimmy...", terkekeh aku dalam hati.

"...Ngga...gimana kuliah kamu hari ini?", si Mama bertanya sembari memasak.

"...ehm...yah gitu deh Ma...masa udah 1 minggu kuliah baru dapet temen 7 orang...", aku menjawab pertanyaan Mama.

"...yah sabar aja ngga...nanti juga banyak lagi...", Mama memberikanku semangat.

"...iya seh....tapi apaan nie Ma....koq di kasih ke Angga...", aku setengah kaget ketika Mama menjulurkan sebuah baskom berisi penuh.

"...nie...udah terima aja...tolong parutin kelapanya...", Mamaku tertawa sembari menyodorkan baskom berisi kelapa utuh beserta parutan kelapa.

"...Ehm...dasar si Mama bisa aja...so tanya-tanya...eh ada maunya...hehehehe", aku dan Mama tertawa.


Keesokkan harinya di Kampus aku sedang memperhatikan Dosen dengan seksama, dan si Dhany tiba-tiba menegurku.

"...eh Woks..kemana loe kemaren...gw cariin ga ada...", tanya si Dhany.

"...gw ke rumah Martin, Dhan...mang ada apa...", balasku cepat sambil berbisik.

"...ga Woks....gw mau balik barng loe lagi...eh loe malah ga ada..."

"...yeee loe bukan telpon gw aja..."

Dua jam mata Kuliah Jarkom ( Jaringan Komunikasi ) telah usai, aku, Dhani dan Glenn makan siang bersama di sebuah kantin kecil yang berada di samping gedung Kampus Anggrek. Kantin tersebut seperti lorong dengan banyak tempat duduk yang padat sekali dengan Mahasiswa yang sedang makan, di sebelah kanannya ada penjual sate ayam dan di sebelah kirinya ada penjual majalah. Dari depan Penjual Sate ke belakang berurutan penjual soto tangkar, nasi uduk dan gado-gado.

Aku memilih tempat duduk di barisan belakang dekat soto Tangkar, karena memang agak luas dan tidak terlalu panas.

"...Dhan kita ke kostan Martin yu' abis ini...soalnya kan mata kuliah PDT masih 2 jam lagi...", aku mengajak Dhani dan Glenn untuk berkunjung ke Kost-an Martin.

"...ga enak gw Woks...ga kenal...", Balas Dhany.

"...ta elah...ya ga kenal lah kalo ga kenalan...ok.."

"...ok deh Woks...", tanda setuju dari Dhany.

"...oiya Glenn...gimana...ikut ga loe...", tanyaku kepada Glenn.

"...ehm...mau seh Woks...tapi gw ketemuan sama Awin dulu...nanti gw nyusul kesana...", balas Glenn.


Setelah makan aku lansung pergi ke kostan si Martin dengan Dhany. setibanya disana aku memperkenalkan Dhany kepada Martin dan Jimmy yang sedang mengobrol.

"...gile Tin...rumah loe di bogor...jauh banget kuliah loe....mang di Bogor ga ada lagi kuliahan...", ledekku kepada Martin.

"...hahaha...si Bodat Woks...ke Kampus aja perjuangan...hahahaha", sambung si Jimmy.

Lalu kami bertiga tertawa lepas, dan si Martinpun juga.

Tak lama kami bersenda gurau, Glenn dan Awinpun tiba.

"...darimana Bro....koq ga masuk loe kuliah pertama...", tanya ku kepada Awin.

"...biasa Woks...gw telat bangun...kuliah pagi banget kaya satpam buka gerbang aja...hehehe...", jawab Awin.

Hari ini pun berlalu seiring perkenalan teman - temanku sekelas.

Ke-esokkan harinya aku kembali bertemu dengan mereka berlima, dan kami terlihat sudah akrab.

Dhany duduk di depanku dengan beberapa teman wanitanya, sedangkan aku duduk di apit oleh Jimmy dan Martin, Glenn dan Awin berada di sebelah Jimmy.

Pada saat absen mulai di bacakan untuk absen panggil, aku mengacungkan jari telunjukku.

seketika itu pula teman - temanku tertawa, dan si Martin memberikan komentar kepadaku, "...hahahahaha...kaya SD aja loe Woks....huahuahuahua...", "....iya loe Woks ada - ada aja...", sambung Dhany.

Aku hanya tertawa manis dan tersipu. Pada saat absen masuk ke abjad "M", aku lansung tertawa dan berbisik kepada Martin, "...Dat..ada yang namanya MakMun...huahauhuahuaha....".

Dan seketika itu pula Martin lansung meledak tertawa,"....hahahaha...gile loe Woks....Makmun...hahahahahaha...orangnya yang mana Woks...".

"...tuh Dat yang kurus...hihihi...tampangnya CuPu banget Dat...hahaha...", balasku sembari menunjukkan tanganku ke arah MakMun yang tidak sadar telah diperhatikan oleh kami.

"...nyela aja loe Woks bisanya...hehehehe....", sambung Dhany.

"...parah si loe mah Woks...hahahahahaha", sambung si jimmy juga.

"...weits...kuncrung...jangan di tunjuk...gile loe...", Awin menepak telunjukku.

Lalu kami ber-enam tertawa lepas karena ulahku.

Setelah jam kuliah kami berakhir, kami lansung meluncur ke kostan Martin yang sudah dijadikan BaseCamp oleh kami.

Kami mengobrol sampai hari telah senja, lalu aku teringat oleh Makmun, dan kami mulai membahasnya kembali sembari tertawa.

[ bersambung ]

Read More..

March 3, 2008

Love, Loving and Loved ( Part II )

...Satu minggu setelah masa OSPEK...

Satu minggu sudah berlalu, itu artinya masa Orientasi pun berakhir. Aku pun masih teringat kenangan dengan wajah gadis manis yang hanya aku jumpai dua hari pertama menjelang Orientasi.
Dalam hati aku bertanya,

"...kemana yah gadis itu?kenapa hanya dua hari saja aku melihatnya!ingin rasanya aku bertemu kembali dan menyapa lalu berkenalan dengannya.."

Hari ini adalah hari minggu, aku sedang menyiapkan keperluan untuk menjelang hari baruku, hidupku yang baru dan akan di mulai pada esok hari, yaitu hari senin.
Aku tidak pernah menyangka dan berharap hari - hari SMU ku berlalu, terlalu banyak kenangan indah dan tidak disangka - sangka untuk diriku terutama.

Hari senin pun tiba, dan hari itu pulalah aku menyambut hidupku dengan penuh semangat, semangat baru yang akan ku raih untuk masa depanku.

Hatiku mengatakan "...ayo woks..today is your day, and don't miss it..."

"...Nggaaaa.....bangunnnn....jam berapa kamu kuliah..." Ibuku mengetuk pintu kamarku dan membangunkanku.

"...Bentar lagi Ma...masih pagi nie....Angga kuliah jam 1/2 10...." lalu aku menyahut panggilan si Mama.

"...yah kamu sholat dulu lah....masa mentang-mentang kuliah siang...ga sholat subuh, ayo bangun bentar, bis sholat kamu tidur aja lagi..." Ibuku memang cerewet kalo masalah agama, tetapi itu pulalah yang membuatku merasa kangen setiap saat.

Nama asliku adalah Angga tetapi aku selalu dipanggil dengan sebutan Towoks, karena pada saat aku masih SMU dulu, ada temanku yang bernama Budi melihat aku terduduk di bangku panjang disebuah warung Nasi Uduk ibu Mala. Dan ia berkata,

"...hahaha...muke loe kaya pelawak...tau didiek nini towoks ga loe...hahaha..." semenjak itu lah aku dipanggil dengan sebutan towoks. Tetapi aku tidak berkeberatan, karena aku juga memulai kehidupan tingkat ketiga dan puberitasku.

Lalu aku melihat jam dinding yang tergantung dikamarku, ternyata jam dinding tersebut tepat menunjukkan pukul 5.30 pagi. Aku mulai bangkit dan beranjak dari ranjangku, pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melakukan sholat subuh.

Setelah sholat aku berdoa, "...Ya Allah...jadikanlah Hambamu ini orang yang sabar dan ikhlas dalam menepuh hidup baru hari ini...Amin..."

Selesai sholat aku tidak bisa tertidur kembali, aku lansung mengambil sepatu olahragaku dan pergi untuk ber-jogging.

Sesampainya di rumah kembali aku sudah tidak melihat Mama lagi, ternyata ia sudah berangkat ke kantor. Yah, Maklum si Mama tuh wanita karier yang mencoba membantu suaminya mencari nafkah dan menghidupi anak - anaknya.

Mamaku adalah pegawai swasta, Ia bekerja di sebuah klinik Dokter gigi yang ternama. sedangkan Papaku juga pegawai Swasta sebuah Perusahaan Konstruksi besi dan baja. Mereka berdua bekerja sejak mereka memulai kehidupan di Jakarta. Mamaku adalah keturunan Jawa Banten, sedangkan Papaku asli keturunan Cirebon.

Keluarga kami tinggal di daerah Jakarta Selatan, pada tahun 1978 mereka bertempat tinggal di daerah Blok A, lalu pindah dan menetap di daerah Bintaro sampai sekarang.
Selain Mama dan Papaku, aku juga mempunyai dua orang saudara. Dini adalah kakak perempuanku dan Rama adalah adik laki - lakiku, sedangkan aku anak tengah.

"....huh...kuliah kaya apa yah...ehm temen sekelas gw asik - asik ga yah orangnya...", berujar aku dalam hati.

Sepertinya baru kemarin aku masuk SMA, tak terasa sekarang sudah tiga tahun berlalu. Rasanya aku hanya ingin menjadi anak SMU dengan semua teman-temanku yang dulu.

"...easy man...your life was wonderfull...so being a good boy next...", sisiku yang lain memberikan semangat.

Pukul 1/2 10 kurang 10 menit aku sudah berada di kampus, di sebuah ruangan padat berisikan kurang lebih 80 mahasiswa baru dan di depan ruangan tersebut tertulis angka 205, dan diatasnya ada kaca persegi panjang kebawah yang tembus ke dalam ruangan tersebut agar kita dapat melihatnya dari luar. Aku datang agak telat rupanya, teman - temanku yang lainnya sudah menempati kursi - kursi yang berada di barisan depan, terpaksa aku mencari kursi yang kosong dan tepatnya ada ditengah barisan paling belakang.

Di sebelah kiri ku duduk seorang pria gemuk keturunan Tionghoa dan sebelah kananku pria keturunan India. Di depanku duduk dua orang wanita yang aku rasa mungkin keturunan Tionghoa juga.

Pria keturunan India menyapaku ramah, "...Weits...Apa kabar man?gile...banyak banget yah muridnya..."sembari melirik dan memperhatikan sekitar dia mengajakku berbisik, "...banyak chinonye...hehehehe..."terkekeh dia memperhatikan sekitar ruangan.

"...hehehe...iya nie, kaya kuliah di Hongkong yah...", Balasku dan membalas tegur sapanya aku mendengarkannya berbicara.

"...tapi jangan gitu bro...biar begitu juga kan mereka kelahiran Indonesia...",

"oiya nama loe siapa?gw towoks", kami berjabat tangan mengenalkan diri.

"...gw Avinash...panggil aja Awin, oiya loe ikut OSPEK kemaren yah?"

"...iya...loe ga ya...koq rambut loe masih gondrong...hehehe..."

"...iya nie...gw mau ikut eh malah masuk rumah sakit...hehehehe..."

"...hehehe...sakit apa loe?...", belum sempat Awin membalas ternyata Dosen kami sudah masuk ruangan.

Mata kuliah pun di mulai, baru kali ini aku benar - benar memperhatikan Dosen yang sedang menerangkan pelajaran. Padahal waktu aku SMU dulu guru - guru ku tidak pernah ada yang aku hiraukan, maklum masa remaja, masa dimana kita semua tidak pernah ambil pusing masalah kehidupan, masa senang - senang.

Jam mata kuliah pertama telah selesai, aku pergi ke kantin di bawah. Kantin di kampusku ada di lantai 1 dari pinggir sampai ketengah kursi serta meja yang di susun dan mempunyai arsitektur seperti foodcourt yang berada di mall - mall. Kampus Anggrek bangunan bertingkat 8 di tambah 1 basement untuk parkiran mobil.

Di jam Mata kuliah ketiga aku bertambah satu teman lagi, yaitu seorang wanita yang duduk di depanku. Ternyata dia bukan keturunan TiongHoa, tetapi asli keturunan Indonesia yaitu Jawa.

"...ups...sorry...tolong ambil-in penghapus gw dunk, deket kaki loe..." begitu awal aku berkenalan dengan Dhani, nama lengkap dari Wisnu Wardhani, nama yang kuat untuk seorang wanita.

"...oh...ok...ini penghapusnya...ga apa - apa...nama gw towoks..."

"...makasih yah...nama gw Dhani..."

"...oiya kenalin nie temen gw Awin...", mereka berdua pun lansung berjabat tangan.

Jam mata kuliah pertama pun telah habis, aku lansung bergegas menuju ke Musholah terdekat untuk menunaikan sholat Ashar. Setibanya di Musholah aku bertemu dengan Dhani kembali, kali ini ia duduk di depan musholah dan berdekatan dengan seorang pria tinggi dan bergaya seperti "anak gaul". Anak gaul adalah sebutan kepada para remaja yang selalu mengikuti perkembangan fashion dan gaya yang trendy.

"...Hai Woks...mau kemana loe, ga pulang..." sapa dhani begitu melihatku.

"...belum nie...gw mau sholat dulu...loe ngapain di sini dhan...mau shoalt juga yah?.." balasku ramah.

"...oh ngga' koq...gw non Muslim Woks...hehehe..." balasnya.

"...oh...sorry yah Dhan...gw pikir loe Muslim..." tersenyum menahan malu aku membalas pernyataan Dhani.

"...hehehe...ga apa - apa kali...oiya kenalin nie temen gw...Glenn.." aku menjabat tangan Glenn dan saling mengenalkan diri.

"...oiya Dhan, Glenn....gw sholat dulu yah...", aku lansung pergi meninggalkan mereka dan menunaikan sholat Ashar.

Selesainya sholat Ashar, aku menuju kembali ke tempat dimana aku bertemu dengan Dhani dan Glenn untuk memakai sepatuku. Ternyata Glenn dan Dhani masih berada disitu.

"...udah selesai Woks sholatnya...Dhani kembali menyapaku..."

"...udah Dhan...oiya kalian ga pulang...lagi tunggu apaan..."

"...ga koq Woks, belum...gw lagi bingung nie...mau pulang ga tau jalan pulangnya...", balas Dhani.

"...iya nie Woks...si Dhani kan bawa Mobil...dia balik ke daerah Cibubur...tapi ga bingung jalan pulangnya.." Glenn menambahkan.

"...loh kenapa bingung loe Dhan...kan bisa lewat Tol slipi...", balasku.

"...nah itu dia Woks...gw seh tau kalo lewat situ...tapi kan macet banget Woks...gw mau lewat Arteri nie biar ambil lansung Tol Pondok Indah aja..."

"...ehm...loe bisa ambil jalan dari sumah sakit Remedika terus belok kiri...nah dari situ lurus aja jangan belok - belok...kalo dah ketemu Pondok Indah udah tau kan loe jalannya.."

"...yah Woks...itu dia permasalahannya gw ga tau rumah sakit Remedika...anterin gw Woks...rumah loe dimana..."

"...ah...ya udah gini aja...gw bareng loe...sekalian nebeng sampe arteri nanti dari situ dah deket...gimana?...hehehehe...kan lumayan ongkos gw irit...hihihi"

"...oh ya udah Woks...ayo...kebetulan kalo gitu...Glenn gw balik yah...thanks yah Glenn...", Berlalu aku dan Dhani meninggalkan Glenn.

Selama perjalanan pulang aku dan Dhani mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal. Dari Sekolah SMU dimana sampai keterkaitan teman - teman kami berdua.

Sesampainya jalan Arteri Raya aku turun dan menunjukkan kembali jalan yang harus dia tempuh untuk mencapai jalan Tol Pondok indah.

- Bersambung -

Read More..