READ MORE ABOUT THIS TOPIC -> blogger, blogspot, flickr,
airlines, keywords, php, program, affiliate, adsense,
google, yahoo, lycos, AOL, search engine, alexa,
information, cars

October 19, 2008

Cintaku Berat Di Ongkos - [ Project Pop ]




Lirik Lagu - Cintaku Berat di Ongkos


Kukatakan kepadamu dengan sejujur-jujurnya
Bahwa aku memang cinta tapi banyak halangannya
Duit cukup modal cinta ala sinetron India
Tinggal nyanyi dan menari langsung jadi kekasihnya


reff:
How how how berat di ongkos
Cintaku berat di ongkos
How how how berat di ongkos
Cintaku berat di ongkos


Jangan langsung menuduhku jadi seorang pria matre
Tapi kantong tak berbohong tidak pernah menang lotere
‘Tuk bertemumu kulakukan dengan penuh perjuangan
Kau di Tokyo ku di Jerman di jalan Jendral Sudirman

back to reff

Kirim surat salah alamat
Merpati pos nyasar burungnya
Telepon mahal pulsanya
Internet ya gue gatek
Sepeda baru dicuri
Motorku dipake ojek
Pakai mobil ku’tak punya
Pesawat mahal tiketnya

back to reff

How how how heavy on the cost
Oh my love heavy on the cost
How how how heavy on the cost
Cintaku berat di ongkos

source = http://gudanglagu.com/p/project-pop/project-pop-cintaku-berat-di-ongkos/
Read More..

July 9, 2008

Love, Loving and Loved ( Part IV )

MAKMUN S. S

Hari menjelang sore di sebuah kota yang penuh dan sesak dengan hiruk pikuk lalu lintas dan pedagang kaki lima. Ketika itu di suatu daerah perbatasan antara kota Tanah Abang dan Slipi, Makmun berjalan dengan sepeda motornya menyusuri jalan menuju rumahnya. Honda Tiger merah dengan kecepatan 80 kmh dengan batas kecepatan maksimal. 240 kmh melengkapi jalan padat dan panasnya terik matahari sore.

Di sebuah kawasan padat penduduk daerah kota Tanah Abang Jakarta Barat, dengan batas rumah hampir seluruhnya tanpa celah atau jarak. Ia selalu melalui jalan yang sama, dengan helm full face, sepatu kats all star, jeans semi cutbrai dan baju kemeja lengan pendek kotak – kotak biru, baru pulang dari tempat kuliahnya.

Sesampainya di rumah, Makmun membuka gerbang pintu rumahnya yang berwarna hijau tua, cat rumah berwarna cokelat muda dua tingkat dan halaman kecil dengan pemandangan bebatuan yang disusun serupa air terjun mini dan ikan beberapa ikan Koi sebagai pelengkap dasar.

“ Assalammu alaikum…..Maa…..” Makmun memberi salam setelah memarkir motornya.

“ Pada kemana nie orang – orang…..Bu…Mama mana ? “ ia bertanya kepada orang yang telah bekerja membantu pekerjaan rumah ibunya.

“ Mama ke rumah Uak Haji sama Appah….Ade dan Rifa belum pulang “ si Ibu menjawab. Pembantunya itu dipanggil Ibu oleh keluarga Makmun.

“ A’….tadi ada telpon dari shi-shi....katanya nanti mau telpon lagi!! A’A...kalo mau makan lauknya ada di lemari...” si Ibu menyampaikan pesan telpon.

“ Iya bu....nanti aja makannya....tadi udah makan di kampus.” Si Makmun membalas Ibu.

“ Kriinnnggggg......krrriiiiiiiiiiiiingggggg.....” Telpon rumah kembali berbunyi dan Makmun mengangkatnya.

“ Hallo....Assalamu alaikum.....”suara si penelpon terdengar halus, lembut dan cantik.

“ Wa alaikummussalam.......iya ada apa Shi....” si Makmun menjawab dengan nada santai, kepada si penelpon yang ternyata adalah Shi – shi.

“ Bin....nanti jam 9 malam kalo ke rumah tolong beliin shi – shi otak – otak yah? ” ternyata shi – shi meminta tolong kepada pacarnya. ( hehehe....:D....ternyata shi – shi itu pacarnya si Makmun ).

“ Iya Insya Allah Shi....gue mau ke rumah Illian dulu…” balas Makmun.

“ Oh ya udah......tapi jangan ngga yah Bin....aku lagi mau banget otak – otak nie. ”

“ Ya udah deh....makasih yah Bin....aku tunggu kamu di rumah yah....Assalamu alaikum.” Shi – shi mengakhiri pembicaraan di telpon.

“ Uhhh...dasar cewe ada – ada aja maunya.” Makmun Berbicara setengah menggerutu.

Sekitar jam 19.00 wib atau tepatnya jam 7 malam, Makmun menyalakan Honda Tigernya.

“ A’.......mau kamana ? pulangnya jangan malam – malam atuh “ Ibunya Makmun menanyakan kepadanya.

“ Mau ke rumahnya Illian....mau maen “ jawab Makmun.

“ Punya Uang A’.....jangan malam – malam A’ pulangnya “ tukas Appah.

“ Iya....boleh Pah.....” lanjut Makmun kepada Ayahnya.

Makmun memanggil Ibunya dengan sebutan Mama dan Ayahnya dengan sebutan Appah, maklum si Makmun itu masih keturunan Suku Sunda Asli Ibu dari Cianjur dan Ayahnya dari Pandeglang.

Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya Makmun lansung mengendarai Honda Tigernya menuju rumah sahabatnya Illian. Sesampainya disana, ia lansung memarkirkan motornya didekat gerbang pintu Illian. Karena sudah tidak kebahagian tempat yang penuh dengan motor teman – temannya. Tidak lama mereka berbincang, mereka lansung meluncur ke Parkir Timur Senayan atau biasa kami sebut dengan sebutan ParKit.
ParKit adalah salah satu tempat anak – anak muda gaul berkumpul, dan biasanya mereka disana mengobrol sampai pagi.

Tak terasa waktu sudah hamper jam 2 malam, Makmun dan teman – temannya sudah berada di ParKit kurang lebih 4 jam-an. Setelah itu ia pulang dan lansung tertidur pulas.

“ Krrriiiiiiinnnnnnggggg……Krriiiiiiinggggggggg…..” Telpon di kamar berbunyi keras seolah – olah seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya.

“ Duh jam berapa sih ini…..udah ada telpon aja…” Makmun bergumam dalam hati.

“ Assalamu alaikum….mau u bi bicara dengan siapa “ sedikit mengantuk Makmun mengangkat telpon yang berdering tadi.

“ Bin…ini Shi – shi…..semalam kemana…..katanya mau dating bawain otak – otak….aku tunggu sampe jam 11 malam ga ada kabarnya “ ternyata shi – shi yang menelpon Makmun.

“ Sory Shi….Gue ke Parkit ma anak – anak…..oiya Gue lupa……sorry yah…Gue… “ si Makmun menjawab sekenanya.

“ Loh koq gampang amat sih bin….SORRY…..paling ga kasih kabar kek….ini udah ga ada kabarnya…sekarang jawabnya enteng banget…” dengan nada kesal sekali Shi – Shi memutus pernyataan Makmun.

“ Ya udah kalo gitu kita Putus aja deh Bin….aku dah ga tahan…kamu cuek banget….”

“ Oh ya udah “ si Makmun menjawab antara sadar dan tidak.

Shi – Shi menutup telpon dan pembicaraannya dengan sengan Makmun, dengan perasaan kecewa ia masih berharap bahwa Makmun akan menelponnya kembali dan menyesali perbuatannya.

“ Koq Ga telpon lagi yah…..ehm….udah 2 jam nie….duh gw nyesel nie dah bilang putus ke Bin – Bin. “ Shi – Shi berujar dalam hati.

Ke-esokkan harinya Makmun berangakat kembali ke kampus untuk kuliah, ternyata hari itu ia mendapatkan pengalaman menarik seputar teman – teman barunya di kampus.

Towoks, Jimmy, Martin, Dhanny, Fatima, Awin, Berto, Glen, Gusur dan Boim.


---- Bersambung ----


Created by : Towoks

Technorati Profile

Read More..

July 3, 2008

LIFE MUST GO ON

LIFE MUST GO ON

Life was so wonderful,
So creative for Us,
For every humans being on the World,

Must and mustn’t just do it,
Don’t ever make our heart broke,
So don’t ever felt sad,
If we knowing about time,
Time with or without fairly,
So we just accept that for our brain,

Don’t think but just feel it,
Don’t hear but just look it,
Don’t deny if not true,
But say sorry if that true,

Not the end of the world if that mistakes,
Don’t kill it if not true,
Run is not the other way to go out,
But stay and defense you body that’s a good way for burn out,

Our life must go on evenly that our heart said not, false or mad.

But that’s the destiny….we must be a good player….coz we’re just played by….


MuRdEr of LoVe

Technorati Profile Read More..

June 25, 2008

Badai yang tak Berlalu

Kenapa ku salahkan Badai, bila kapal karam
Mengapa ku berlayar, bila sudah tau akan bencana
Apa aku salah menyalahkan sebab,
Apa aku mengerti akan datang masa,

Sebab yang akibatnya terlalu puruk.
Masa dimana penghabisan akan datang,

Akankah kita mengerti bahwa penghabisan itu adalah suatu dari awal,
Awal yang memulai tanpa harus dimengerti,
Awal yang membuat kita mengerti pula ujian,

Aku terlena mengindahkan peringatan,
Peringatan yang datang tanpa harus di siarkan,
Peringatan yang pergi tanpa harus di larang,

Pencarianku telah usai,
Pencarianku sudah pada ujungnya,
Pencarianku meminta dan memanggil,

Sayang, apakah engkau senang aku datang ke sisimu kini,
Dan berseri menyambutku,

Tetapi kenapa engkau berpaling,
Menghujat tanpa memberikan alasan,
Membuang wajahmu tenggelam dalam laut,

Tetapi kenapa, kenapa,

Apakah aku salah,
Salah menyambut bintangku yang telah lama pudar,
Membuat kebahagian bersama Bumi dan Bulan,

Aku mengerti sekarang,
Dan mendapat jawaban atas kepergianmu,
Mencoba bermain dengan takdir,
Engkau hanyalah sebuah tadir yang telah tergaris,
Tergaris lurus tanpa putus,

Engkau marah, mengindahkan ku, menyeringai kan wajahmu,

Tapi, aku tersenyum melihatmu bahagia disana,
Aku selalu berdoa untukmu,

Kini aku telah terpuruk,
Jatuh kedalam sumur tua yang sangat dalam,
Sementara engkau mencoba menyelamatkanku dari atas,
Kejauhan semu tanpa batas,

Tapi apa dayamu dengan takdir yang terhalang,
Menyingkap misteri alam yang tebentang,

Kini aku tahu aku salah,
Terperosok ke limbah nista,
Berjalan lambat tanpa tujuan,
Menunggu kengerian yang menghadang,

Andai aku bisa mengulang kembali,
Aku akan berdoa untukmu cinta,
Aku akan berdoa untukmu sayang,

Kini aku tidak bisa,
Karena aku pun perlukan itu,
Aku berharap,
Menanti dan menunggu,

Oh Tuhan maafkan atas kelalaian hambamu ini,
Oh Tuhan berikan pengampunan atas kenistaan ini,

Maafkan kata penyesalanku Tuhan,
Maafkan atas perbuatanku Tuhan,

Aku akan menunggu hisabmu didalam kelam,
Didalam lembah nun dalam dan hitam,
Lebih hitam dari gelapnya malam,
Lebih nista dari bangkai binatang yang ternista,

Tempat terkucilnya orang – orang yang terkucilkan,
Menunggu tanpa kepastian,

Tetapi kini aku akan sabar,
Walaupun engkau tidak menarikku lagi,
Aku akan tetap menunggu,

Hanya karena sabar dan tabah,
Yang aku tidak miliki saat itu,
Untuk ini aku akan berbuat sabar dan tabah,
Walaupun aku tahu sudah terlambat.



Love you All

Murder of Love
Read More..

April 3, 2008

Story of Murder

Cerita Masa Lalu


Terduduk aku termangu...
memandang indah mentari...
bermandi sinar hingga menuju aliran darahku
yang menggumpal beku...
mengangkat fajar di ufuk timur...
membias semua kegalauan dihati...

tanpa sadar aku meminang pagi...
melihat indah senyuman sang kekasih...
yang berseri memanggil alam...
tanpa ragu mencairkan keheningan...
keheningan malam yang tersembunyi...
merajut asa yang terpendam...


oh Tuhan...
mengapa engkau ciptakan keindahan...
keindahan yang mengerikan...
keindahan yang membutakan...
keindahan abadi yang terabaikan...
memberikan jalan kehidupan yang terbelenggu...


Keputus-asa-an yang ku dapat...
setelah melihat kehancuran...
bimbang mencari pegangan...
pegangan nan kokoh dan kuat...
terpercaya dan dinamis...


maafkan aku Tuhan...
telah membiarkan raga ini berperan...
menguasai Ruh suci nan abadi...



MuRdeR oF LoVe Read More..

March 10, 2008

Love, Loving and Loved ( Part III )

Seminggu pertama,

Seminggu sudah aku menjadi mahasiswa Universitas Bina Nusantara, mempunyai 3 orang teman yang gokil dan asik semuanya untuk di ajak share, ngobrol, dan becanda.
Dhanny, Glenn dan Awin, mereka lah ketiga temanku yang baru saja aku kenal. seminggu berlalu pula, aku mulai mengenal beberapa orang yang lainnya.
Martin, Jimmy dan Berto, serta Gusur dan Boim aku sebut saja begitu walaupun itu hanya panggilan buat mereka.

Martin kost di belakang kampus Anggrek dengan Berto, dan Jimmy sering kesana. Aku di ajak oleh Jimmy pertama kali mengunjungi ke Kostan Martin.

"..woiy woks, lagi ngapain bro...ke kostan si Martin yuk!!!", ajak Jimmy.

"..ehm mang dimana Jim, ganggu ga!!"

"..ya elah...udah ayo...ga koq...si Martin anaknya asik..."

Lalu aku ikut dengan ajakan si Jimmy, kami berdua menuju kostannya si Martin. Sesampainya disana aku melihat Boim dan Gusur sedang bermain Kartu Remi, memang hanya iseng - iseng aja seh, tidak ada taruhannya.

Aku melihat Martin sedang mengobrol dengan seorang laki - laki yang tingginya kira - kira 3/4 dari tinggi ku dan berbadan gempal, kulit kuning langsat. Dengan muka persahabatan yang kental ala budaya Sunda mereka menyapaku dan Jimmy.

"...Woiy Jim...darimana aja loe, eh woks...apa kabar loe...", Martin menyapaku hangat.

"...Yoi Jim, gilee loe....kemana aja beberapa hari ini ga nongol...", terkekeh sembari menyapa si Jimmy pria yang tadi sedang mengobrol dengan Martin.

Lalu kami bersalaman satu sama lain.

"...oiya Woks, kenalain nie temen kostan gw....namanya Berto...", Martin mengenalkan aku pada pria itu.

"...oh...gw Towoks...", bergaya khas cuek, aku coba menyapanya ramah.

"...Berto...", menyambut salam kenalku si Berto.

"...ada siapa diatas Tin...", Jimmy memutuskan keheningan sejenak.

"...Boim ma Gusur, lagi main Kartu...dari pagi tuh bocah...ga kuliah...hehehe.."

"...wah gilee juga seh tu orang berdua...", Jimmy menimpali kekehan Martin.

"Sama aja kaya loe Jim....gimana mau maju....kuliah baru dah bolos...hehehehe", Berto berbicara penuh canda.

"...oiya To, loe ambil jurusan apaan..", Aku coba mengalihkan pembicaraan.

"...Manajemen Wo, loe pada satu jurusan nie..", Berto balas bertanya.

"Iya...kita pada satu jurusan dan satu kelas pula...", jawabku.

Kostan Martin terletak sekitar 100 meter di belakang Kampus Anggrek, di sebelah rumah pak RT dan berbentuk tingkat.

Ada 2 lantai dan hanya dua kamar, satu kamar setiap lantainya. 1 kamar berukuran sekitar 4 x 5 meter per segi, dan ditambah 1 x 2 ruangan kamar mandi yang berada didalam kamar. Di sebelah kanan kostan mereka ada sebuah pemakaman kecil keluarga penduduk sekitar, yang hanya berbatasan dengan jalan yang ukurannya kurang lebih 3 meter.

Aku telah mendapatkan teman baru kembali yang lumayang akrab. Jimmy, Martin, Gusur dan Boim yang satu jurusan denganku serta Berto teman se-kostannya Martin.

Aku berada di kostan Martin hari ini sampai waktu telah menunjukkan pukul 15.30 wib, aku berpamitan pulang kepada Martin, Jimmy dan Boim, karena memang Gusur sudah pulang dan Berto sedang pergi makan.

" Tin, Jim, Im.....gw balik bro...dah sore nie...thanks yups Tin..."

"...ok Woks....hati-hati yah man...", Jimmy membalasnya dengan gaya ala group band beraliran R&B LimpBizkits.

"...ok Jim...thanks yah...", balasku.

Setibanya di rumah, aku kembali teringat dengan teman - temanku yang baru di Kampus dan mencoba mengingat - ingat kembali wajah serta nama - nama mereka. Karenanya, aku mempunyai penyakit yang susah hilangnya, awal penyakit itu memang dari kebiasaan buruk ku yang menganggap remeh sesuatu. Penyakitku itu sudah dari aku SMP yaitu pelupa.

"...ehm...Jimmy, Martin, Berto, Boim....waduh satu lagi siapa yah...", aku bergumam dalam hati.

"...ihhh...koq lupa yah....besok deh gw tanya ke Jimmy...", terkekeh aku dalam hati.

"...Ngga...gimana kuliah kamu hari ini?", si Mama bertanya sembari memasak.

"...ehm...yah gitu deh Ma...masa udah 1 minggu kuliah baru dapet temen 7 orang...", aku menjawab pertanyaan Mama.

"...yah sabar aja ngga...nanti juga banyak lagi...", Mama memberikanku semangat.

"...iya seh....tapi apaan nie Ma....koq di kasih ke Angga...", aku setengah kaget ketika Mama menjulurkan sebuah baskom berisi penuh.

"...nie...udah terima aja...tolong parutin kelapanya...", Mamaku tertawa sembari menyodorkan baskom berisi kelapa utuh beserta parutan kelapa.

"...Ehm...dasar si Mama bisa aja...so tanya-tanya...eh ada maunya...hehehehe", aku dan Mama tertawa.


Keesokkan harinya di Kampus aku sedang memperhatikan Dosen dengan seksama, dan si Dhany tiba-tiba menegurku.

"...eh Woks..kemana loe kemaren...gw cariin ga ada...", tanya si Dhany.

"...gw ke rumah Martin, Dhan...mang ada apa...", balasku cepat sambil berbisik.

"...ga Woks....gw mau balik barng loe lagi...eh loe malah ga ada..."

"...yeee loe bukan telpon gw aja..."

Dua jam mata Kuliah Jarkom ( Jaringan Komunikasi ) telah usai, aku, Dhani dan Glenn makan siang bersama di sebuah kantin kecil yang berada di samping gedung Kampus Anggrek. Kantin tersebut seperti lorong dengan banyak tempat duduk yang padat sekali dengan Mahasiswa yang sedang makan, di sebelah kanannya ada penjual sate ayam dan di sebelah kirinya ada penjual majalah. Dari depan Penjual Sate ke belakang berurutan penjual soto tangkar, nasi uduk dan gado-gado.

Aku memilih tempat duduk di barisan belakang dekat soto Tangkar, karena memang agak luas dan tidak terlalu panas.

"...Dhan kita ke kostan Martin yu' abis ini...soalnya kan mata kuliah PDT masih 2 jam lagi...", aku mengajak Dhani dan Glenn untuk berkunjung ke Kost-an Martin.

"...ga enak gw Woks...ga kenal...", Balas Dhany.

"...ta elah...ya ga kenal lah kalo ga kenalan...ok.."

"...ok deh Woks...", tanda setuju dari Dhany.

"...oiya Glenn...gimana...ikut ga loe...", tanyaku kepada Glenn.

"...ehm...mau seh Woks...tapi gw ketemuan sama Awin dulu...nanti gw nyusul kesana...", balas Glenn.


Setelah makan aku lansung pergi ke kostan si Martin dengan Dhany. setibanya disana aku memperkenalkan Dhany kepada Martin dan Jimmy yang sedang mengobrol.

"...gile Tin...rumah loe di bogor...jauh banget kuliah loe....mang di Bogor ga ada lagi kuliahan...", ledekku kepada Martin.

"...hahaha...si Bodat Woks...ke Kampus aja perjuangan...hahahaha", sambung si Jimmy.

Lalu kami bertiga tertawa lepas, dan si Martinpun juga.

Tak lama kami bersenda gurau, Glenn dan Awinpun tiba.

"...darimana Bro....koq ga masuk loe kuliah pertama...", tanya ku kepada Awin.

"...biasa Woks...gw telat bangun...kuliah pagi banget kaya satpam buka gerbang aja...hehehe...", jawab Awin.

Hari ini pun berlalu seiring perkenalan teman - temanku sekelas.

Ke-esokkan harinya aku kembali bertemu dengan mereka berlima, dan kami terlihat sudah akrab.

Dhany duduk di depanku dengan beberapa teman wanitanya, sedangkan aku duduk di apit oleh Jimmy dan Martin, Glenn dan Awin berada di sebelah Jimmy.

Pada saat absen mulai di bacakan untuk absen panggil, aku mengacungkan jari telunjukku.

seketika itu pula teman - temanku tertawa, dan si Martin memberikan komentar kepadaku, "...hahahahaha...kaya SD aja loe Woks....huahuahuahua...", "....iya loe Woks ada - ada aja...", sambung Dhany.

Aku hanya tertawa manis dan tersipu. Pada saat absen masuk ke abjad "M", aku lansung tertawa dan berbisik kepada Martin, "...Dat..ada yang namanya MakMun...huahauhuahuaha....".

Dan seketika itu pula Martin lansung meledak tertawa,"....hahahaha...gile loe Woks....Makmun...hahahahahaha...orangnya yang mana Woks...".

"...tuh Dat yang kurus...hihihi...tampangnya CuPu banget Dat...hahaha...", balasku sembari menunjukkan tanganku ke arah MakMun yang tidak sadar telah diperhatikan oleh kami.

"...nyela aja loe Woks bisanya...hehehehe....", sambung Dhany.

"...parah si loe mah Woks...hahahahahaha", sambung si jimmy juga.

"...weits...kuncrung...jangan di tunjuk...gile loe...", Awin menepak telunjukku.

Lalu kami ber-enam tertawa lepas karena ulahku.

Setelah jam kuliah kami berakhir, kami lansung meluncur ke kostan Martin yang sudah dijadikan BaseCamp oleh kami.

Kami mengobrol sampai hari telah senja, lalu aku teringat oleh Makmun, dan kami mulai membahasnya kembali sembari tertawa.

[ bersambung ]

Read More..

March 3, 2008

Love, Loving and Loved ( Part II )

...Satu minggu setelah masa OSPEK...

Satu minggu sudah berlalu, itu artinya masa Orientasi pun berakhir. Aku pun masih teringat kenangan dengan wajah gadis manis yang hanya aku jumpai dua hari pertama menjelang Orientasi.
Dalam hati aku bertanya,

"...kemana yah gadis itu?kenapa hanya dua hari saja aku melihatnya!ingin rasanya aku bertemu kembali dan menyapa lalu berkenalan dengannya.."

Hari ini adalah hari minggu, aku sedang menyiapkan keperluan untuk menjelang hari baruku, hidupku yang baru dan akan di mulai pada esok hari, yaitu hari senin.
Aku tidak pernah menyangka dan berharap hari - hari SMU ku berlalu, terlalu banyak kenangan indah dan tidak disangka - sangka untuk diriku terutama.

Hari senin pun tiba, dan hari itu pulalah aku menyambut hidupku dengan penuh semangat, semangat baru yang akan ku raih untuk masa depanku.

Hatiku mengatakan "...ayo woks..today is your day, and don't miss it..."

"...Nggaaaa.....bangunnnn....jam berapa kamu kuliah..." Ibuku mengetuk pintu kamarku dan membangunkanku.

"...Bentar lagi Ma...masih pagi nie....Angga kuliah jam 1/2 10...." lalu aku menyahut panggilan si Mama.

"...yah kamu sholat dulu lah....masa mentang-mentang kuliah siang...ga sholat subuh, ayo bangun bentar, bis sholat kamu tidur aja lagi..." Ibuku memang cerewet kalo masalah agama, tetapi itu pulalah yang membuatku merasa kangen setiap saat.

Nama asliku adalah Angga tetapi aku selalu dipanggil dengan sebutan Towoks, karena pada saat aku masih SMU dulu, ada temanku yang bernama Budi melihat aku terduduk di bangku panjang disebuah warung Nasi Uduk ibu Mala. Dan ia berkata,

"...hahaha...muke loe kaya pelawak...tau didiek nini towoks ga loe...hahaha..." semenjak itu lah aku dipanggil dengan sebutan towoks. Tetapi aku tidak berkeberatan, karena aku juga memulai kehidupan tingkat ketiga dan puberitasku.

Lalu aku melihat jam dinding yang tergantung dikamarku, ternyata jam dinding tersebut tepat menunjukkan pukul 5.30 pagi. Aku mulai bangkit dan beranjak dari ranjangku, pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melakukan sholat subuh.

Setelah sholat aku berdoa, "...Ya Allah...jadikanlah Hambamu ini orang yang sabar dan ikhlas dalam menepuh hidup baru hari ini...Amin..."

Selesai sholat aku tidak bisa tertidur kembali, aku lansung mengambil sepatu olahragaku dan pergi untuk ber-jogging.

Sesampainya di rumah kembali aku sudah tidak melihat Mama lagi, ternyata ia sudah berangkat ke kantor. Yah, Maklum si Mama tuh wanita karier yang mencoba membantu suaminya mencari nafkah dan menghidupi anak - anaknya.

Mamaku adalah pegawai swasta, Ia bekerja di sebuah klinik Dokter gigi yang ternama. sedangkan Papaku juga pegawai Swasta sebuah Perusahaan Konstruksi besi dan baja. Mereka berdua bekerja sejak mereka memulai kehidupan di Jakarta. Mamaku adalah keturunan Jawa Banten, sedangkan Papaku asli keturunan Cirebon.

Keluarga kami tinggal di daerah Jakarta Selatan, pada tahun 1978 mereka bertempat tinggal di daerah Blok A, lalu pindah dan menetap di daerah Bintaro sampai sekarang.
Selain Mama dan Papaku, aku juga mempunyai dua orang saudara. Dini adalah kakak perempuanku dan Rama adalah adik laki - lakiku, sedangkan aku anak tengah.

"....huh...kuliah kaya apa yah...ehm temen sekelas gw asik - asik ga yah orangnya...", berujar aku dalam hati.

Sepertinya baru kemarin aku masuk SMA, tak terasa sekarang sudah tiga tahun berlalu. Rasanya aku hanya ingin menjadi anak SMU dengan semua teman-temanku yang dulu.

"...easy man...your life was wonderfull...so being a good boy next...", sisiku yang lain memberikan semangat.

Pukul 1/2 10 kurang 10 menit aku sudah berada di kampus, di sebuah ruangan padat berisikan kurang lebih 80 mahasiswa baru dan di depan ruangan tersebut tertulis angka 205, dan diatasnya ada kaca persegi panjang kebawah yang tembus ke dalam ruangan tersebut agar kita dapat melihatnya dari luar. Aku datang agak telat rupanya, teman - temanku yang lainnya sudah menempati kursi - kursi yang berada di barisan depan, terpaksa aku mencari kursi yang kosong dan tepatnya ada ditengah barisan paling belakang.

Di sebelah kiri ku duduk seorang pria gemuk keturunan Tionghoa dan sebelah kananku pria keturunan India. Di depanku duduk dua orang wanita yang aku rasa mungkin keturunan Tionghoa juga.

Pria keturunan India menyapaku ramah, "...Weits...Apa kabar man?gile...banyak banget yah muridnya..."sembari melirik dan memperhatikan sekitar dia mengajakku berbisik, "...banyak chinonye...hehehehe..."terkekeh dia memperhatikan sekitar ruangan.

"...hehehe...iya nie, kaya kuliah di Hongkong yah...", Balasku dan membalas tegur sapanya aku mendengarkannya berbicara.

"...tapi jangan gitu bro...biar begitu juga kan mereka kelahiran Indonesia...",

"oiya nama loe siapa?gw towoks", kami berjabat tangan mengenalkan diri.

"...gw Avinash...panggil aja Awin, oiya loe ikut OSPEK kemaren yah?"

"...iya...loe ga ya...koq rambut loe masih gondrong...hehehe..."

"...iya nie...gw mau ikut eh malah masuk rumah sakit...hehehehe..."

"...hehehe...sakit apa loe?...", belum sempat Awin membalas ternyata Dosen kami sudah masuk ruangan.

Mata kuliah pun di mulai, baru kali ini aku benar - benar memperhatikan Dosen yang sedang menerangkan pelajaran. Padahal waktu aku SMU dulu guru - guru ku tidak pernah ada yang aku hiraukan, maklum masa remaja, masa dimana kita semua tidak pernah ambil pusing masalah kehidupan, masa senang - senang.

Jam mata kuliah pertama telah selesai, aku pergi ke kantin di bawah. Kantin di kampusku ada di lantai 1 dari pinggir sampai ketengah kursi serta meja yang di susun dan mempunyai arsitektur seperti foodcourt yang berada di mall - mall. Kampus Anggrek bangunan bertingkat 8 di tambah 1 basement untuk parkiran mobil.

Di jam Mata kuliah ketiga aku bertambah satu teman lagi, yaitu seorang wanita yang duduk di depanku. Ternyata dia bukan keturunan TiongHoa, tetapi asli keturunan Indonesia yaitu Jawa.

"...ups...sorry...tolong ambil-in penghapus gw dunk, deket kaki loe..." begitu awal aku berkenalan dengan Dhani, nama lengkap dari Wisnu Wardhani, nama yang kuat untuk seorang wanita.

"...oh...ok...ini penghapusnya...ga apa - apa...nama gw towoks..."

"...makasih yah...nama gw Dhani..."

"...oiya kenalin nie temen gw Awin...", mereka berdua pun lansung berjabat tangan.

Jam mata kuliah pertama pun telah habis, aku lansung bergegas menuju ke Musholah terdekat untuk menunaikan sholat Ashar. Setibanya di Musholah aku bertemu dengan Dhani kembali, kali ini ia duduk di depan musholah dan berdekatan dengan seorang pria tinggi dan bergaya seperti "anak gaul". Anak gaul adalah sebutan kepada para remaja yang selalu mengikuti perkembangan fashion dan gaya yang trendy.

"...Hai Woks...mau kemana loe, ga pulang..." sapa dhani begitu melihatku.

"...belum nie...gw mau sholat dulu...loe ngapain di sini dhan...mau shoalt juga yah?.." balasku ramah.

"...oh ngga' koq...gw non Muslim Woks...hehehe..." balasnya.

"...oh...sorry yah Dhan...gw pikir loe Muslim..." tersenyum menahan malu aku membalas pernyataan Dhani.

"...hehehe...ga apa - apa kali...oiya kenalin nie temen gw...Glenn.." aku menjabat tangan Glenn dan saling mengenalkan diri.

"...oiya Dhan, Glenn....gw sholat dulu yah...", aku lansung pergi meninggalkan mereka dan menunaikan sholat Ashar.

Selesainya sholat Ashar, aku menuju kembali ke tempat dimana aku bertemu dengan Dhani dan Glenn untuk memakai sepatuku. Ternyata Glenn dan Dhani masih berada disitu.

"...udah selesai Woks sholatnya...Dhani kembali menyapaku..."

"...udah Dhan...oiya kalian ga pulang...lagi tunggu apaan..."

"...ga koq Woks, belum...gw lagi bingung nie...mau pulang ga tau jalan pulangnya...", balas Dhani.

"...iya nie Woks...si Dhani kan bawa Mobil...dia balik ke daerah Cibubur...tapi ga bingung jalan pulangnya.." Glenn menambahkan.

"...loh kenapa bingung loe Dhan...kan bisa lewat Tol slipi...", balasku.

"...nah itu dia Woks...gw seh tau kalo lewat situ...tapi kan macet banget Woks...gw mau lewat Arteri nie biar ambil lansung Tol Pondok Indah aja..."

"...ehm...loe bisa ambil jalan dari sumah sakit Remedika terus belok kiri...nah dari situ lurus aja jangan belok - belok...kalo dah ketemu Pondok Indah udah tau kan loe jalannya.."

"...yah Woks...itu dia permasalahannya gw ga tau rumah sakit Remedika...anterin gw Woks...rumah loe dimana..."

"...ah...ya udah gini aja...gw bareng loe...sekalian nebeng sampe arteri nanti dari situ dah deket...gimana?...hehehehe...kan lumayan ongkos gw irit...hihihi"

"...oh ya udah Woks...ayo...kebetulan kalo gitu...Glenn gw balik yah...thanks yah Glenn...", Berlalu aku dan Dhani meninggalkan Glenn.

Selama perjalanan pulang aku dan Dhani mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal. Dari Sekolah SMU dimana sampai keterkaitan teman - teman kami berdua.

Sesampainya jalan Arteri Raya aku turun dan menunjukkan kembali jalan yang harus dia tempuh untuk mencapai jalan Tol Pondok indah.

- Bersambung -

Read More..

February 21, 2008

Love, Loving and Loved ( Part I )

Sabtu, Briefing

Jam dinding menunjukkan tepat pukul setengah 2 siang di sbuah gedung yang ramai akan hilir mudiknya orang - orang. Aku terduduk di sebuah kursi kayu panjang yang menempel dengan tembok di depan sebuah kelas yang padat akan mahasiswa yang telah lulus ujian saringan masuk. Aku hanya termangu sembari melihat di sekitarku. Ada beberapa mahasiswa senior yang berlalu lalang dan menunjukkan bahwa mereka lah yang pantas di hormati, mahasiswa senior yang menunjukkan kekuasaan akan menangnya senioritas mereka. Berubah pandangan, aku melihat seorang pria yang sedang duduk di bawah anak tangga persis di bawahku dan menunjukkan kemurungan yang amat sangat dalam. Entah kemurungan apa yang sedang dia lamunkan itu, sampai-sampai aku bertanya dalam hatiku sendiri,

"apakah aku ini akan seperti dia???"

Aku tidak mau, aku mengubah pandanganku kembali.

Sudah dua jam lamanya aku duduk menunggu di kursi itu, sepertinya dari kejauhan aku melihat seseorang yang berjalan menuju ke arahku, dan tampaknya sudah tidak asing lagi bagiku wajahnya itu.

Ternyata seseorang yang aku perhatkan tadi tidak lain adalah sahabatku di SMA. Aku lalu menyapanya dan merangkul erat tangannya serta kami saling berpelukan. Salam perjumpaan ala masa kini yang menunjukkan bahwa persahabatan di antara kedua orang yang sangat erat.

Aku bertanya kepadanya, Ndre....loe masuk sini juga yah....wah...!!! temanku bernama Andre bertubuh kurus tinggi, berkulit kuning langsat.


"...weits...towoks....apa kabar man....gileeee....bisa juga loe lulus!!!!...hehehehe" sembari tertawa Andre dan aku duduk berbarengan.

"wah...Ndre....loe tau ga.....kayanya bakalan belajar bener nie gw di sini!!!!".

"yah...mang dah waktunya wok...loe an dah tua juga...", Andre membalas penyataanku segera dengan menghiburku.

"....wah bos...kayanya dosennya dah masuk tuh yah....gw harus masuk juga nie...biar tau apa yang harus dibawa nanti OSPEK..."

"...ok deh Ndre...sukses loe yeee....", Kami berjabat tangan kembali arti salam perpisahan.

Aku pun segera masuk ke dalam kelas setelah melihat Andre menghilang di tengah kerumunan padatnya mahasiswa baru.

Di dalam kelas aku menempati kursi yang ada di deretan paling belakang, seseorang menyapaku dengan hangat, lalu aku menyimpulkan bahwa sapaannya itu bukan sekedar basa-basi.

"...hei...apa kabar?nama loe sapa!!gw david..."

"oh...hai vid...gw towoks...dari SMA mana loe?gw dari SMU 3 Teladan!"

"...hehehe...gw dari SMU 134...","oiya...inikan cuma breifing yah wok".

"...iya...jadi santai aja...duduk and denger aja hari ini...hehehehe..."

Dosen di depan kelas ku hari ini menerangkan dengan detail mengenai keperluan - keperluan yang harus kami siapkan menghadapi OSPEK senin mendatang.

Senin, seminggu setelah Briefing

"....Woiyyyy...darimana aja loe...jam berapa sekarang....emangnya loe pikir ini kampus nenek moyang loe...".

Teriakan para senior tertanam dan menghujat junior - junior mereka yang datang terlambat. Aku yang sedang duduk di anak tangga tak jauh dari pintu gerbang menatap mereka seolah-olah ingin memberontak, lari ke arah para seniorku dan menghantam mereka, lalu memberitahukan kepada mereka bahwa kami ini para junior masih punya telinga yang normal, tapi aku hanya membiarkan mereka saja. Mungkin karena budaya Me-natar dan Di-tatar sudah menjamur di semua wilayah atau kampus mana pun di Indonesia. Lagi pula mereka hanya berteriak tidak memukul.

"..weitsss...ngapain loe disini...bukannya dikelas...masuk loe...", salah seorang senior memegang pundakku dari belakang dan berbicara dengan nada bicara yang tenang.

Aku memandangnya, dan tatapan kami bertemu untuk beberapa saat. Aku tidak menjawab pernyataan seniorku itu. Aku hanya tersenyum dan mengangguk pertanda setuju sembari mengacungkan jari jempolku kearahnya.

Sesampainya aku di kelas, aku duduk di kursi yang sudah diberi tanda masing-masing dan tertanda NIM(Nomor Induk Mahasiswa)ku disana. Aku melihat sekitarku, dan ternyata mataku tidak menemukan david ada di kelas itu. Dalam hati aku bertanya "...kemana yah si David...koq ga ada..."

Waktu sudah mulai berjalan dan materi Ospek pun sudah di berikan oleh mentor dan dosen kami dalam.

Aku memandang ke depan dan memperhatikan seorang mentor yang menerangkan materi ketiga. Pada saat aku memandang lurus, tiba-tiba pandanganku jatuh kesebelah kanan mentorku.

"...Heh...siapa yah...koq lucu bener mukanya...", Aku memperhatikan seorang gadis dan dalam hati aku bertanya, "...kaya Wendy's...hehehe...", "Wendy's" adalah sebuah icon atau logo dari sebuah perusahaan makanan fast food yang terkenal. Dengan rambut di kepang dua, memakai kawat gigi dan sedikit menunjukkan warna merah di pipinya.

Memang aku melihatnya lucu, tetapi entah mengapa timbul rasa keingin tahuanku untuk mengenal namanya. Lalu aku menerka-nerka dari buku absen yang sedang di bacakan oleh mentorku itu. Dan ternyata aku tidak menemukannya, apa mungkin terlalu banyaknya mahasiswa di kelasku itu, sekitar 87 orang jumlah mahasiswa di kelasku.

Jam di dinding kelas sudah menunjukkan tepat pukul 9 malam, maka sudah waktunya aku pulang. Aku berjalan menuju pintu gerbang kampusku, melihat angkutan umum yang menuju kearah rumahku. Yah karena jarak dari rumahku ke kampus lumayan jauh, ditempuh tiga kali naik angkutan umum.

Di dalam angkutan umum aku teringat kembali dengan seorang gadis yang tadi siang itu, "....loh kenapa gw kepikiran ma dia terus yah!!kenapa jadi mau ketemu lagi yah!!", dalam hati aku bertanya sembari melihat keluar kaca jendela angkutan umum kedepan.

Sesampainya di rumah aku mencoba menceritakan pengalaman pertamaku OSPEK kepada orang tua, maklum karena aku dekat sama ibu, jadinya ibuku lah yang tertarik mendengarkannya.

Ke-esokkan hari aku bertemu gadis itu kembali. Sembari mendengarkan Absen yang sedang di bacakan kembali oleh mentorku, aku mencoba memperhatikan gadis itu secara detail.
Aktifitas pun berjalan seperti hari kemarin. Pada saat pulang di angkutan umum kepalaku kembali teringat oleh gadis itu.

Hari itu aku pulang ke rumah sudah agak larut, jadi sesampainya dirumah aku hanya bersih-bersih badan, makan, lalu istirahat dan berharap esok cepat datang, Karena aku ingin segera bertemu kembali dengannya.

( bersambung )

- Love, Loving and Loved Part II

Read More..

February 4, 2008

Story from a girls that Rape very Cruelly



http://layartancap.com/video/Pemerkosaan-Larasati-eps-1-/7340/ Read More..

January 18, 2008

Cars Model

Vintage Cars







Picture from : www.plnntt.co.id


Cars at Fifthy



Picture from : www.allposters.com

Amazing Cars



Picture from : www.soft.sptechs.com
Read More..

Airline Accident Rates

These accident rates are not safety ratings. There are many factors that contribute to the safety rating of an airline including, but not limited to, accident history, maintenance and operational procedures, types of training programs, age of fleet and specific routes flown.

In addition there are different ways to analyze past accident data including using number of hours flown, passenger miles completed or number of trips made. The accident rates below are based on only three basic parameters. Number of flights, the number of fatal accidents and the fatality rate of those accidents. The methodology is listed below the tables.

Aviation accidents are extremely rare, with the probability of a passenger being killed on a single flight at approximately eight million-to-one. If a passenger boarded a flight at random, once a day, everyday, it would statistically be over 21,000 years before he or she would be killed.

DISCLAIMER These accident rates should not be used to provide an assessment of an airline’s safety profile or future risk of an accident. These rates are derived from past accidents and not an estimate or prediction of future risk. There are many additional factors in judging the safety of an air carrier which are not included here. These rates are not meant to endorse or condemn any particular airline or group of airlines nor are they intended to persuade or dissuade use of any particular airline. The accident rates and method of calculation of the accident rates are solely the opinion of this web site and the creator is not responsible for how this information is used and will not be held legally responsible for any consequences arising from the use of this information. There are numerous commercial organizations that provide complete and extensive safety ratings of commercial air carriers.

Data for 20 Years Jan 1987 - Dec 2007


NORTH AMERICA

Regional
Rank
Airline Million
Flights Fatal
Events Adj. Fatal
Events Last
Fatal
Accident Accident
Rate Overall
Rank
1 - 90
1 Delta Airlines 16.78 2 0.13 1996 -5.28 1
2 Southwest Airlines 14.85 0 0 None -4.79 2
4 Northwest Airlines 11.01 2 1.03 1993 -2.52 3
3 Continental Airlines/Cont. Exp. 11.84 1 0.33 1991 -2.02 5
5 US Airways 13.46 4 2.52 1994 -1.82 6
6 American Airlines 17.02 5 4.04 2001 -1.45 8
7 America West Airlines 4.10 0 0 None -1.32 9
8 Air Canada 3.93 0 0 (1983) -1.27 10
9 United Airlines 13.85 6 3.42 2001 -1.04 13
10 Alaska Airlines/Horizon Air 5.28 1 1.00 2000 -0.70 18
11 Hawaiian Airlines 1.29 0 0 None -0.42 24
12 USAir Shuttle 0.82 0 0 None -0.26 33
13 WestJet 0.73 0 0 None -0.24 34
14 Midwest Express Airlines 0.73 0 0 None -0.23 35
15 JetBlue Airlines 0.71 0 0 None -0.23 36
16 United Express 8.95 3 2.67 1996 -0.22 37
17 ATA Airlines 0.57 0 0 None -0.18 43
18 American Eagle 11.12 4 3.72 1994 0.14 61
19 Comair 4.97 1 1.00 2006 0.40 66
20 AirTran Airways 1.58 1 1.00 1996 0.49 68
21 Aloha Airlines 1.22 1 1.00 1989 0.61 70

EUROPE

Regional
Rank
Airline Million
Flights Fatal
Events Adj. Fatal
Events Last
Fatal
Accident
Accident
Rate Overall
Rank
1-90
1 Lufthansa 7.76 1 0.02 1993 -2.48 4
2 British Airways 5.45 0 0 (1985) -1.76 7
3 Iberia Airlines 3.69 0 0 (1985) -1.19 12
4 SAS Scandinavian Airlines 5.76 1 1.00 2001 -0.86 14
5 KLM /KLM Cityhopper 2.66 1 0.09 1994 -0.77 16
6 Finnair 1.97 0 0 (1963) -0.63 20
7 RyanAir 1.58 0 0 None -0.51 22
8 EasyJet 1.32 0 0 None -0.42 23
9 Air Lingus 1.22 0 0 (1986) -0.39 25
10 Tap Air Portugal 1.03 0 0 (1977) -0.33 29
11 Austrian Airlines 0.98 0 0 (1960) -0.32 31
12 Air Europa 0.65 0 0 None -0.21 39
14 Alitalia 3.72 1 1.00 1990 -0.20 40
13 Malev-Hungarian Airlines 0.60 0 0 (1977) -0.19 41
15 Icelandair 0.55 0 0 (1951) -0.18 44
16 British Midland 1.71 1 0.40 1989 -0.15 46
17 JAT Yugslovian Airways 0.42 0 0 (1973) -0.14 47
18 Virgin Atlantic Airways 0.22 0 0 None -0.07 53
19 Ukraine International Airlines 0.15 0 0 None -0.05 56
20 Transaero Airlines 0.11 0 0 None -0.04 57
21 Air France 5.92 4 2.03 2000 0.12 60
22 Aeroflot Russian Airlines 1.97 1 1.00 1994 0.37 64
23 THY Turkish Airlines 1.73 2 1.70 2003 1.14 76
24 Olympic Airways 1.70 2 1.70 1999 1.15 77

ASIA - AUSTRALIA

Regional
Rank
Airline Million
Flights Fatal
Events Adj. Fatal
Event Last
Fatal
Accident Accident
Rate Overall
Rank
1-90
1 All Nippon Airways 3.86 0 0 (1971) -1.24 11
2 Japan Air Lines 2.47 0 0 (1985) -0.80 15
3 Qantas Airways 2.27 0 0 (1951) -0.73 17
4 Air New Zealand 1.17 0 0 (1979) -0.38 26
5 Malaysia Airlines 3.18 1 0.65 1995 -0.37 27
6 Hanin Airlines 1.11 0 0 None -0.36 28
7 Cathy Pacific Airways 0.97 0 0 (1972) -0.31 32
9 Virgin Blue 0.60 0 0 None -0.19 42
10 Air India 0.47 0 0 (1985) - 0.15 45
11 Dragon Air 0.28 0 0 None -0.09 50
12 Air China 2.33 1 0.77 2002 0.02 58
13 Asiana Airlines 1.42 1 0.62 1993 0.17 62
14 China Southern Airlines 3.04 2 1.51 1997 0.53 69
15 Singapore Airlines/SilkAir 1.29 2 1.50 2000 1.09 75
16 China Eastern Airlines 2.14 3 1.86 2004 1.17 78
17 Garuda Indonesian 1.53 4 1.79 2007 1.30 79
18 Korean Air 2.32 4 2.33 1997 1.59 81
19 Philippine Air Lines 0.90 4 2.08 1994 1.79 82
20 Thai Airways International 1.73 3 2.69 1998 2.14 85
21 Pakistan International Airlines 1.18 3 3.00 2006 2.62 86
22 Indian Air Lines 1.70 5 3.99 1999 3.44 88
23 China Airlines 0.75 5 4.72 2002 4.48 90

SOUTH/CENTRAL AMERICA - MEXICO-CARIBBEAN

Regional
Rank
Airline Million
Flights Fatal
Events Adj. Fatal
Event Last
Fatal
Accident Accident
Rate Overall
Rank
1-90
1 Aeromexico 2.05 0 1.00 (1986) -0.66 19
2 Mexicana Airlines 1.96 0 0 (1986) - 0.63 21
3 AerolĂ­neas Argentinas 0.99 0 0 (1970) -0.32 57
4 Air Jamacia 0.37 0 0 None -0.12 48
5 TACA International Airlines 0.42 1 .24 2000 0.10 59
6 Lan Chile Airlines 0.53 2 0.37 1991 0.20 63
7 Varig 2.38 2 1.24 1997 0.47 67
8 GOL Transportes Aereo 0.72 1 1.00 2006 0.77 72
9 TAM 1.78 4 2.06 2007 1.49 80
10 Avianca Colombian Airline 1.17 3 2.43 1990 2.05 84
11 Cubana 0.25 6 4.10 1999 4.02 89

AFRICA - MIDDLE EAST

Regional
Rank
Airline Million
Flights Fatal
Events Adj. Fatal
Event Last
Fatal
Accident Accident
Rate Overall
Rank
1-90
1 Emirates Airline 0.66 0 0 None -0.21 38
2 El Al 0.33 0 0 (1955) -0.11 49
3 Royal Jordanian Airline 0.27 0 0 (1979) -0.09 51
4 Kuwait Airways 0.30 1 0.02 1988 -0.08 53
5 Air Zimbabwe 0.18 0 0 (1979) -0.06 54
6 Oman Aviation 0.16 0 0 None -0.05 55
7 Saudi Arabian Airlines 1.93 1 1.00 1996 0.38 65
8 South African Airways 1.09 1 1.00 1987 0.65 71
9 Royal Air Maroc 0.59 1 1.00 1994 0.81 73
10 EgyptAir 0.81 2 1.20 2002 0.94 74
11 Kenya Air 0.35 2 1.94 2000 1.83 83
12 Iran Air 0.75 4 3.21 2002 2.97 87
Data for number of flights provided by OAGback Aviation Solutions



Regional Rank = rank of airline accident rate within airlines geographical region
Million Flights = number of departures
Fatal Events = number of flights on which at least one passenger was killed
Adjusted Fatal Event = see explanation below
Last Event = the year in which the last fatal accident took place (dates in parenthesis are accidents not included in the calculations because they are older than 20 years)
Accident Rate = see explanation below
Overall Rank = rank of airline accident rate including all airlines

The lower (more negative) the number in the "Accident Rate" column the better the rate.

Methodology:

The Accident Rate is calculated as follows:

Accident Rate = D - (A *(B/C))

Where:

A = number of million flights completed by the airline
B = adjusted fatal events for all airlines
C = number of million flights for all airlines
D = adjusted fatal events of the airline

The Adjusted Fatal Event is calculated as follows:

The actual fatal events is adjusted downward depending on what percentage of people were killed in each accident. The calculation of "D" or Adjusted Fatal Events is illustrated in the following example.

An airline has 3 accidents involving fatalities:
In the first accident 120 out of 120 passengers are killed.
In the second accident 75 out of 150 passengers are killed.
In the third accident 5 out of 200 passengers are killed.

120/120 = 1
75/150 = 0.5
5/200 = 0.025

Instead of 3 actual fatal events, the Adjusted Fatal Events becomes, 1 + 0.5 + 0.025 or 1.525.

Sumber Info : http://www.planecrashinfo.com/rates.htm

Read More..